Kompas TV internasional kompas dunia

Blokade Israel atas Jalur Gaza Palestina yang Bikin Hamas Bilang "Cukup!"

Kompas.tv - 8 Oktober 2023, 21:40 WIB
blokade-israel-atas-jalur-gaza-palestina-yang-bikin-hamas-bilang-cukup
Asap membubung setelah terjadi serangan udara Israel ke Gaza City, Jalur Gaza, Minggu, 8 Oktober 2023. Serangan itu terjadi menyusul serangan yang dilakukan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, ke wilayah Israel pada Sabtu pagi. (Sumber: AP Photo/Fatima Shbair)
Penulis : Edy A. Putra | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV - Serangan Israel terhadap Jalur Gaza, wilayah Palestina yang dihuni sekitar dua juta orang, kembali terjadi.

Serangan terbaru negara Zionis itu terjadi usai Hamas, kelompok perlawanan Palestina, melancarkan serangan roket ke wilayah Israel pada Sabtu (7/10/2023) pagi.

Dilansir Al Jazeera, Minggu (8/10/2023), sedikitnya 600 orang tewas dan 2.000 lebih terluka akibat serangan Hamas ke Israel.

Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan Palestina, sedikitnya 313 orang tewas dan hampir 2.000 orang terluka dalam serangan Israel ke Jalur Gaza.

Komandan senior militer Hamas, Mohammed Deif, mengatakan serangan roket menandai awal "Operasi Banjir Al Aqsa". Dia menyerukan warga Palestina melawan pendudukan Israel.

"Kami telah memutuskan, sudah cukup," ujarnya dalam sebuah pesan audio, dikutip Al Jazeera.

"Ini adalah hari pertempuran terbesar untuk mengakhiri pendudukan terakhir yang ada di muka bumi ini."

Baca Juga: Imbauan KBRI Amman untuk WNI di Jalur Gaza dan Tepi Barat, Keadaan Mendesak Hubungi +962779150407

Siklus kekerasan yang terjadi tidak dapat dipisahkan dari pendudukan Israel atas wilayah Palestina yang sudah berlangsung puluhan tahun dan blokadenya terhadap Jalur Gaza.

Israel berdiri di atas tanah Palestina pada 1948 dengan mengusir ratusan ribu orang Palestina dari rumah-rumah mereka.

Israel kemudian menduduki wilayah Palestina yang tersisa yaitu Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza dalam Perang Arab-Israel 1967.

Sejak saat itu, Jalur Gaza yang memiliki luas sekitar 365 km persegi berada di bawah kontrol Israel.

Blokade Israel atas Jalur Gaza, dalam bentuknya yang sekarang, telah diterapkan sejak Juni 2007. Israel mengontrol udara, laut, dan darat wilayah tersebut.

Dua dari tiga pintu perbatasan Jalur Gaza dikuasai Israel. Sementara satu lainnya dipegang Mesir.

Baca Juga: Jusuf Kalla soal Israel-Palestina: Serangan Hamas Dilakukan untuk Kebebasan dan Kemerdekaan

Pergerakan manusia masuk dan keluar dari Jalur Gaza ke Israel terjadi di Beit Hanoun (atau warga Israel menyebutnya Erez). Sedangkan pintu perbatasan yang dikendalikan Mesir bernama Rafah.

Israel dan Mesir lebih sering menutup pintu perbatasan, dan bertanggung jawab atas memburuknya situasi ekonomi dan kemanusiaan di Jalur Gaza.

Menurut data PBB, jumlah warga Palestina yang keluar melalui Beit Hanoun selama 2010-2019 rata-rata sebanyak 287 orang per hari.

Sejak Mei 2018, pintu perbatasan Rafah dibuka dengan jadwal yang tidak menentu. Rata-rata sebanyak 213 orang keluar dari Rafah pada 2019.

Pembatasan pergerakan warga Gaza oleh Israel telah terjadi sejak 1980-an, setelah munculnya gerakan pemberontakan Palestina atau Intifada, yang pertama.

Israel memberlakukan sistem perizinan yang sulit didapatkan oleh warga Palestina yang ingin menuju wilayah Palestina lainnya, yaitu Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Baca Juga: Suporter Glasgow Celtic Bentangkan Bendera Palestina di Stadion, Tegaskan Dukungan untuk Palestina

Sejak 1993, Israel rutin menerapkan taktik "penutupan" terhadap wilayah Palestina. Ada kalanya Israel akan melarang seluruh warga Palestina di daerah-daerah tertentu untuk keluar, kadang sampai berbulan-bulan.

Pada 1995, Israel membangun pagar listrik dan tembok beton di seputar Jalur Gaza.

Pada 2000, saat meletusnya Intifada Kedua, Israel membatalkan banyak izin perjalanan dan bekerja warga Gaza dan mengurangi jumlah izin baru.

Pada 2001, Israel mengebom dan menghancurkan bandara Gaza, hanya tiga tahun sejak dibuka.

Pada 2005, Israel menarik sekitar 8.000 warganya yang tinggal secara ilegal di permukiman-permukiman di Jalur Gaza.

Setelah menarik pasukan dan warganya dari Jalur Gaza, Israel mengeklaim pendudukannya atas wilayah tersebut berakhir.

Namun, menurut hukum internasional, Jalur Gaza tetap merupakan wilayah yang berada di bawah pendudukan karena Israel memegang kontrol penuh.

Baca Juga: 2 Turis Israel Ditembak Mati Polisi di Mesir, 3 Warga Asia Tenggara Tewas di Israel

Pada 2006, Hamas memenangi pemilu dan terlibat perebutan kekuasaan dengan partai saingannya, Fatah, yang menolak mengakui hasil pemungutan suara.

Sejak Hamas berkuasa pada 2007, Israel semakin memperketat blokadenya atas Jalur Gaza.

Sejak blokade dimulai pada 2007, Israel telah melancarkan empat serangan militer besar ke Gaza yaitu pada 2008, 2012, 2014, dan 2021.

Serangan-serangan tersebut mengakibatkan ribuan warga Palestina terbunuh, termasuk anak-anak.

Serangan Israel pada 2008 berlangsung selama 23 hari dan menewaskan lebih dari 1.440 warga Palestina termasuk sedikitnya 920 warga sipil.

Pada 2012, pasukan Israel membunuh 167 warga Palestina, termasuk 87 warga sipil, dalam serangan yang berlangsung 8 hari. Warga sipil yang tewas termasuk 35 anak dan 14 perempuan.

Pada 2014, Israel kembali membombardir Jalur Gaza dalam 50 hari. Lebih dari 2.100 orang tewas, termasuk 1.462 warga sipil dan hampir 500 anak-anak.

Baca Juga: Prabowo Disebut Pimpin Rapat Mendadak soal Konflik Palestina-Israel: Rumah Sakit Indonesia Dibom

Selain menimbulkan korban jiwa, serangan Israel juga menghancurkan puluhan ribu rumah, sekolah, dan perkantoran.

Upaya pembangunan kembali sulit dilakukan karena Israel melarang masuknya bahan-bahan bangunan seperti baja dan semen, ke Jalur Gaza.

Menurut Badan Pusat Statistik Palestina, sekitar 56 persen warga Palestina di Gaza hidup dalam kemiskinan.

Pengangguran di kalangan anak muda (18-29 tahun) di Jalur Gaza mencapai 63 persen pada 2019.

Dilansir Al Jazeera, lebih dari 60 persen warga Gaza merupakan pengungsi yang terusir dari rumah mereka di wilayah-wilayah Palestina lainnya pada 1948.

Menurut data Unicef pada 2017, 70 persen warga Gaza bergantung pada bantuan kemanusiaan. Selain itu, mayoritas warga Gaza merupakan anak-anak di bawah umur 18 tahun.

Air bersih juga menjadi masalah di Jalur Gaza, di mana hanya kurang dari 5 persen airnya yang dinilai aman dikonsumsi.


 




Sumber : Al Jazeera




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x