Kompas TV internasional kompas dunia

Kematian akibat Bom Tandan di Ukraina Lampaui Korban Suriah, AS Berkelit, Rusia dan Ukraina Bungkam

Kompas.tv - 6 September 2023, 00:25 WIB
kematian-akibat-bom-tandan-di-ukraina-lampaui-korban-suriah-as-berkelit-rusia-dan-ukraina-bungkam
Amunisi klaster atau bom tandan yang disediakan Amerika Serikat di Ukraina. Lebih dari 300 orang tewas dan lebih dari 600 terluka akibat bom tandan atau cluster bomb di Ukraina tahun 2022, melampaui Suriah sebagai negara dengan jumlah korban tertinggi akibat senjata kontroversial ini untuk pertama kalinya dalam satu dekade. (Sumber: The Drive)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

AIN SHEEB, KOMPAS.TV -- Lebih dari 300 orang tewas dan lebih dari 600 terluka akibat bom tandan atau cluster bomb di Ukraina tahun 2022, menurut sebuah lembaga pengawas internasional. Angka ini melampaui Suriah sebagai negara dengan jumlah korban tertinggi akibat senjata kontroversial untuk pertama kalinya dalam satu dekade.

Penggunaan bom tandan oleh Rusia dan Ukraina, yang membuka di udara dan melepaskan banyak bom kecil atau submunisi, membantu membuat tahun 2022 menjadi tahun paling mematikan dalam sejarah secara global, menurut laporan tahunan yang dirilis Selasa (5/9/2023) oleh Koalisi Bom Gugus, jaringan organisasi non-pemerintah yang mengadvokasi pelarangan senjata-senjata tersebut.

Melansir Associated Press, serangan paling mematikan di Ukraina, menurut kantor jaksa agung negara itu, adalah pengeboman di stasiun kereta api di Kota Kramatorsk yang menewaskan 53 orang dan melukai 135 orang.

Pejabat Amerika Serikat (AS) membela keputusan untuk menyediakan bom tandan kepada Ukraina sebagai langkah yang diperlukan untuk menyamakan kondisi di hadapan lawan yang lebih kuat dan menegaskan mereka akan mengambil tindakan untuk mengurangi bahaya bagi warga sipil.

Ini termasuk mengirim versi bom dengan tingkat "dud" yang lebih rendah, artinya lebih sedikit peluru yang belum meledak ditinggalkan setelah konflik berakhir. 

Sementara itu, di Suriah dan negara-negara lain di Timur Tengah yang dilanda perang, meskipun pertempuran aktif mereda, sisa-sisa bahan peledak terus membunuh dan melukai puluhan orang setiap tahun.

Bahaya jangka panjang yang dihadapi warga sipil akibat bahan peledak yang tersebar di berbagai wilayah selama bertahun-tahun -- atau bahkan beberapa dekade setelah pertempuran berakhir -- kembali menjadi sorotan sejak AS mengumumkan pada Juli mereka akan menyediakannya bagi Ukraina untuk digunakan melawan Rusia.

Baca Juga: AS Pastikan Bom Tandan yang Dikirim ke Ukraina Telah Digunakan, Berfungsi Efektif

Doaa al-Hassan, 10 tahun, yang kehilangan tangannya karena bom curah pada tahun 2022, belajar di sebuah kamp dekat kota Ain Sheeb, provinsi Idlib utara, Suriah, pada 18 Juli 2023. Lebih dari 300 orang terbunuh olehnya munisi tandan di Ukraina pada tahun 2022 (Sumber: AP Photo)

Di Suriah, 15 orang tewas dan 75 terluka akibat serangan bom tandan atau sisa-sisa bom tandan pada tahun 2022, menurut data koalisi. Irak, yang tidak melaporkan adanya serangan bom tandan baru tahun lalu, mencatat 15 orang tewas dan 25 terluka. Di Yaman, yang juga tidak melaporkan adanya serangan baru, lima orang tewas dan 90 terluka akibat bahan peledak yang tertinggal.

Mayoritas korban di seluruh dunia adalah anak-anak. Lantaran, beberapa jenis bom ini menyerupai bola logam, dan anak-anak sering mengambilnya dan bermain tanpa tahu apa yang mereka pegang.

Di antara korban adalah Rawaa al-Hassan yang berusia 12 tahun dan adiknya Doaa yang berusia 10 tahun. Keluarga mereka tinggal di sebuah perkemahan dekat Desa Ain Sheeb di Provinsi Idlib yang dikuasai oposisi Suriah sejak diungsikan dari kampung halaman mereka di Provinsi Hama enam tahun sebelumnya.

Pada bulan Ramadan tahun lalu, ketika kedua gadis itu pulang sekolah, ibu mereka, Wafaa, mengatakan mereka mengambil bom tandan yang belum meledak, mengira itu adalah potongan logam bekas yang bisa mereka jual.

Rawaa kehilangan satu matanya, Doaa kehilangan satu tangan. Dalam ironi yang kejam, ayah kedua gadis itu meninggal delapan bulan sebelumnya setelah ia menginjak sisa bom tandan saat mengumpulkan kayu bakar.

Kedua gadis itu "berada dalam keadaan buruk, secara psikologis" sejak dua kecelakaan tragis itu, kata pamannya, Hatem al-Hassan, yang sekarang merawat mereka dan ibu mereka. Mereka kesulitan berkonsentrasi, dan Rawaa sering kali kehilangan kesabaran, memukul anak-anak lain di sekolah.

"Tentu saja, kami takut, dan sekarang kami sama sekali tidak membiarkan mereka bermain di luar lagi," kata Hatem.

Baca Juga: Putin: Rusia Berhak Gunakan Bom Tandan Bila Ukraina Menggunakannya untuk Menyerang

Rawaa al-Hassan, 12, yang kehilangan matanya akibat bom curah pada tahun 2022, berpose untuk difoto di sebuah kamp dekat kota Ain Sheeb, provinsi Idlib utara, Suriah, pada 18 Juli 2023. Lebih dari 300 orang tewas oleh munisi tandan di Ukraina pada tahun 2022. (Sumber: AP Photo)

Dekat Desa Ram Hamdan, juga di Idlib, Ali al-Mansour, 43 tahun, sedang menggembalakan dombanya suatu hari pada tahun 2019 dengan anaknya yang berusia 5 tahun ketika anak itu memberinya benda logam yang mirip mainan dan memintanya untuk membongkarnya.

"Saya mencoba membongkarnya tapi tidak bisa, jadi saya memukulnya dengan batu, dan itu meledak," kata al-Mansour. Ia kehilangan matanya dan kedua tangannya. Tanpa pencari nafkah, keluarganya sekarang hidup dari bantuan dari kerabat.


Sebanyak 124 negara bergabung dengan konvensi PBB yang melarang bom tandan. AS, Rusia, Ukraina, dan Suriah termasuk di antara yang menolak.

Kematian dan cedera akibat sisa bom tandan terus berlanjut selama beberapa dekade setelah perang berakhir dalam beberapa kasus -- termasuk di Laos, warga masih meninggal setiap tahun akibat pengeboman AS era Perang Vietnam yang meninggalkan jutaan bom tandan yang belum meledak.

Alex Hiniker, seorang ahli independen dengan Forum Perdagangan Senjata, mengatakan korban mengalami penurunan secara global sebelum pemberontakan tahun 2011 berubah menjadi perang saudara di Suriah.

"Pencemaran sedang dibersihkan, stok sedang dihancurkan," katanya. Tetapi, progres mulai berbalik secara drastis pada tahun 2012, ketika pemerintah Suriah dan pasukan Rusia sekutu mulai menggunakan bom tandan melawan oposisi di Suriah.

Jumlah korban menurun ketika perang di Suriah buntu, meskipun setidaknya satu serangan bom tandan baru dilaporkan di Suriah pada November 2022. Tetapi angka itu cepat meningkat lagi dengan konflik di Ukraina.

Hiniker mengatakan dirinya dan orang lain yang melacak dampak bom tandan bingung oleh kenyataan bahwa AS mengirimkan senjata yang sudah ketinggalan zaman dan dilarang oleh sebagian besar dunia karena mereka secara tidak proporsional membunuh warga sipil. 

Bagian yang "paling sulit dan mahal" dari penanganan senjata itu, katanya, "adalah membersihkan kekacauan (yang ditinggalkan) setelahnya."

 

 




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x