Kedua gadis itu "berada dalam keadaan buruk, secara psikologis" sejak dua kecelakaan tragis itu, kata pamannya, Hatem al-Hassan, yang sekarang merawat mereka dan ibu mereka. Mereka kesulitan berkonsentrasi, dan Rawaa sering kali kehilangan kesabaran, memukul anak-anak lain di sekolah.
"Tentu saja, kami takut, dan sekarang kami sama sekali tidak membiarkan mereka bermain di luar lagi," kata Hatem.
Baca Juga: Putin: Rusia Berhak Gunakan Bom Tandan Bila Ukraina Menggunakannya untuk Menyerang
Dekat Desa Ram Hamdan, juga di Idlib, Ali al-Mansour, 43 tahun, sedang menggembalakan dombanya suatu hari pada tahun 2019 dengan anaknya yang berusia 5 tahun ketika anak itu memberinya benda logam yang mirip mainan dan memintanya untuk membongkarnya.
"Saya mencoba membongkarnya tapi tidak bisa, jadi saya memukulnya dengan batu, dan itu meledak," kata al-Mansour. Ia kehilangan matanya dan kedua tangannya. Tanpa pencari nafkah, keluarganya sekarang hidup dari bantuan dari kerabat.
Sebanyak 124 negara bergabung dengan konvensi PBB yang melarang bom tandan. AS, Rusia, Ukraina, dan Suriah termasuk di antara yang menolak.
Kematian dan cedera akibat sisa bom tandan terus berlanjut selama beberapa dekade setelah perang berakhir dalam beberapa kasus -- termasuk di Laos, warga masih meninggal setiap tahun akibat pengeboman AS era Perang Vietnam yang meninggalkan jutaan bom tandan yang belum meledak.
Alex Hiniker, seorang ahli independen dengan Forum Perdagangan Senjata, mengatakan korban mengalami penurunan secara global sebelum pemberontakan tahun 2011 berubah menjadi perang saudara di Suriah.
"Pencemaran sedang dibersihkan, stok sedang dihancurkan," katanya. Tetapi, progres mulai berbalik secara drastis pada tahun 2012, ketika pemerintah Suriah dan pasukan Rusia sekutu mulai menggunakan bom tandan melawan oposisi di Suriah.
Jumlah korban menurun ketika perang di Suriah buntu, meskipun setidaknya satu serangan bom tandan baru dilaporkan di Suriah pada November 2022. Tetapi angka itu cepat meningkat lagi dengan konflik di Ukraina.
Hiniker mengatakan dirinya dan orang lain yang melacak dampak bom tandan bingung oleh kenyataan bahwa AS mengirimkan senjata yang sudah ketinggalan zaman dan dilarang oleh sebagian besar dunia karena mereka secara tidak proporsional membunuh warga sipil.
Bagian yang "paling sulit dan mahal" dari penanganan senjata itu, katanya, "adalah membersihkan kekacauan (yang ditinggalkan) setelahnya."
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.