"Kita tidak bisa mengatakan dengan pasti apakah akan berjalan dengan cara yang sama," kata pria berusia 23 tahun itu, yang telah dipilih sebagai petugas pemilu dan dibayar 245.700 riels (USD59) untuk hari itu.
Di luar sekolah, lalu lintas berlalu dengan cepat ketika banyak penduduk kota kembali ke provinsi asal mereka untuk memilih.
Di Provinsi Mondulkiri di bagian timur, gajah-gajah berjalan melintasi sungai yang deras, membawa kotak suara ke tempat pemungutan suara terpencil untuk Minggu.
Baca Juga: Galak, PM Kamboja Umumkan Pemilih yang Golput Dilarang Mencalonkan Diri di Pemilu Berikutnya
Sekitar 9,7 juta orang terdaftar untuk memilih.
"Besok saya akan memilih," kata seorang warga Kamboja berusia 73 tahun kepada AFP, saat di belakangnya para pekerja mempersiapkan tempat pemungutan suara di tepi Sungai Mekong.
"Saya ingin negara ini berkembang seperti negara-negara Barat, tetapi kita harus melakukannya perlahan-lahan," katanya.
Ayah dari empat anak yang enggan memberikan namanya mengatakan bahwa dia telah memilih dalam setiap pemilihan sejak berakhirnya rezim Khmer Merah, yang menewaskan sekitar 1,7 juta orang sebelum digulingkan oleh pasukan Vietnam dan Hun Sen menjadi pemimpin pada tahun 1980-an.
"Ini adalah titik yang sangat penting: begitu sulit, kita tidak punya makanan, kita tidak bisa berbicara dan orang mati di depan mata kita," katanya.
"Ketika hidup dalam kesulitan, jika seseorang memberi Anda beras, Anda tidak akan pernah melupakan itu."
Sumber : France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.