Munisi klaster "akan dikirim dalam jangka waktu yang relevan dengan serangan balik," kata seorang pejabat Pentagon kepada wartawan.
Munisi klaster dilarang oleh lebih dari 100 negara. Biasanya, mereka melepaskan bom-bom kecil yang dapat membunuh secara sembarangan dalam area yang luas. Bom-bom yang gagal meledak dapat menjadi bahaya selama beberapa dekade setelah konflik berakhir.
"Ukraina memberikan jaminan tertulis bahwa mereka akan menggunakan munisi ini dengan sangat hati-hati" untuk meminimalkan risiko terhadap warga sipil, kata penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menggambarkan keputusan mengenai bom klaster sebagai keputusan yang sulit, tetapi Ukraina membutuhkannya.
Baca Juga: Joe Biden Membela Diri atas Keputusan Berikan Bom Cluster ke Ukraina, Mengaku Harus Dilakukan
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov menyambut keputusan Amerika Serikat untuk mengirimkan bom klaster ke Kiev, dan mengatakan bahwa bom tersebut akan membantu menyelamatkan nyawa prajurit Ukraina, serta menambahkan bahwa Ukraina akan mencatat penggunaan mereka secara ketat dan menukar informasi dengan mitra mereka.
"Posisi kami sederhana - kami perlu membebaskan wilayah-wilayah yang diduduki dan menyelamatkan nyawa rakyat kami," tulis Reznikov di Twitter.
"Ukraina hanya akan menggunakan munisi ini untuk mendeklarasikan kembali wilayah yang diakui secara internasional. Munisi ini tidak akan digunakan di wilayah yang diakui resmi oleh Rusia."
Rusia, Ukraina, dan Amerika Serikat tidak menandatangani Konvensi tentang Munisi Klaster, yang melarang produksi, penimbunan, penggunaan, dan transfer senjata tersebut.
Human Rights Watch menuduh pasukan Rusia dan Ukraina menggunakan munisi klaster, yang menewaskan warga sipil.
Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat Anatoly Antonov mengkritik transfer senjata ini ke Ukraina oleh Amerika Serikat.
"Kekejaman dan ketidakberperasaan dengan cara Amerika Serikat mendekati masalah transfer senjata mematikan ke Kiev sangat mencolok," Tass mengutip Antonov pada hari Jumat.
Sumber : TASS / New York Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.