BELARUS, KOMPAS.TV - Usai bungkam selama 24 jam menyusul pemberontakannya yang gagal, pemimpin kelompok militer Wagner, Yevgeny Prigozhin, akhirnya buka suara.
Ia baru saja mengunggah pesan audio selama 11 menit di akun Telegram, Senin (26/6/2023). Prigozhin menyatakan, alasan tindakannya adalah karena tidak setuju menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia dan perusahaan tentara bayaran miliknya akan berhenti beroperasi pada tanggal 1 Juli, bukan untuk mendongkel Putin.
Bos kelompok Wagner Yevgeny Prigozhin menjelaskan ia tidak mengincar Putin ketika pasukannya bergerak menuju Moskow. "Kami tidak mengepung kepemimpinan Rusia," katanya.
Dalam pesan audio selama 11 menit tersebut, ia mengatakan, "Tujuan dari pengepungan ini adalah untuk menghindari kehancuran Wagner dan untuk menuntut tanggung jawab para pejabat yang melalui tindakan mereka yang tidak profesional telah melakukan sejumlah kesalahan besar", seperti laporan Associated Press, Senin (26/6).
Ia mengungkapkan penyesalan Wagner bahwa "mereka harus menyerang pesawat Rusia" dan mereka berbalik arah "untuk menghindari pertumpahan darah tentara Rusia".
Berbicara tentang kondisi kesepakatan yang dilaporkan telah tercapai untuk mengakhiri pemberontakan Wagner akhir pekan lalu, Prigozhin mengeklaim kelompok tersebut "secara kategoris menentang keputusan untuk menutup Wagner pada tanggal 1 Juli 2023 dan menggabungkannya ke dalam Kementerian Pertahanan".
Ia menambahkan, para komandan pasukannya menolak permintaan untuk meneken kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia. Sebagai gantinya, ia mengeklaim sekitar 30 orang anggota kelompoknya "terbunuh oleh serangan Rusia"
Prigozhin juga menyebut pemimpin Belarus, Alexander Lukashenko, turut berperan dalam kesepakatan tersebut. Ia menyatakan bahwa Lukashenko "menyodorkan tangannya dan menawarkan cara agar Wagner dapat melanjutkan karya mereka secara legal" tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Baca Juga: Menhan Rusia Sergey Shoigu Terlihat di Garis Depan, Pertama Kalinya sejak Pemberontakan Wagner
Perlu dicatat, Prigozhin tidak mengungkapkan lokasinya dalam pesan suara yang ia bagikan di Telegram. Menurut berbagai laporan, sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, Prigozhin setuju untuk pergi ke Belarus.
Prigozhin mengatakan perang di Ukraina akan berakhir lebih cepat jika Wagner terlibat.
Ia mengatakan pergerakan pasukannya ke Moskow pada Sabtu (24/6) lalu mengungkapkan "masalah keamanan yang paling serius di seluruh negara," dengan mengeklaim unit-unitnya berhasil menghalangi "semua" unit militer dan pangkalan udara Rusia di sepanjang jalan.
Prigozhin mengeklaim kelompok tentara bayaran Wagner mendapatkan dukungan dari penduduk di kota-kota yang dilaluinya selama pemberontakan yang singkat.
Ia juga mengeklaim pasukannya menempuh jarak 780 km dalam pengepungan mereka menuju Moskow dari selatan, setara dengan jarak yang ditempuh pasukan Rusia pada 24 Februari tahun lalu (saat mereka memulai serangan di Ukraina) dari perbatasan Ukraina hingga Kiev, dan melanjutkan ke Uzhgorod, sebuah kota di ujung barat Ukraina yang berbatasan dengan Hungaria dan Slovakia.
Ia mengatakan jika pasukan seperti pasukan Wagner melancarkan serangan pertama tersebut, "operasi militer khusus di Ukraina" akan berakhir jauh lebih cepat.
Perseteruan antara Prigozhin dan petinggi militer Rusia membusuk sepanjang perang Ukraina dan meletus menjadi pemberontakan, yang membuat tentara bayaran meninggalkan Ukraina untuk merebut markas militer di kota Rostov-on-Don Rusia selatan dan menggelinding tanpa lawan sejauh ratusan kilometer menuju Moskow, sebelum berbelok setelah kurang dari 24 jam pada Sabtu (24/6) lalu.
Kremlin mengatakan telah membuat kesepakatan agar Prigozhin pindah ke Belarusia dan menerima amnesti, bersama dengan tentaranya. Tidak ada konfirmasi keberadaannya pada Senin, meskipun saluran berita populer Rusia di Telegram melaporkan dia terlihat di sebuah hotel di ibu kota Belarusia, Minsk.
Sumber : Telegram / Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.