Dengan Partai Republik sekarang menguasai Kongres, Biden menggeser fokusnya pada implementasi undang-undang besar tersebut dan memastikan pemilih memberikan pengakuan kepadanya atas perbaikan yang dicapain.
Presiden ini juga punya beberapa tujuan kebijakan dan janji yang belum terpenuhi dari kampanye pertamanya yang ingin dia minta kesempatan kedua untuk memenuhinya.
"Marilah kita selesaikan tugas ini. Saya tahu kita bisa," kata Biden dalam video tersebut, mengulangi mantra yang dikatakannya sebanyak dua belas kali selama Pidato Kenegaraan bulan Februari, mencantumkan segalanya mulai dari meloloskan larangan senjata tipe serangan dan menurunkan harga obat resep, hingga mengodifikasi hak nasional terhadap aborsi setelah putusan Mahkamah Agung tahun lalu yang menggulingkan putusan Roe v. Wade.
Didorong oleh hasil pemilu paruh waktu, Biden berencana untuk terus menggambarkan semua anggota Partai Republik sebagai penganut politik "ultra-MAGA" - merujuk pada slogan "Make America Great Again" milik Trump - terlepas dari apakah pendahulunya akhirnya mencalonkan diri pada pemilihan presiden 2024.
Dalam video tersebut, Biden berbicara sambil menampilkan cuplikan singkat dan foto-foto momen penting dalam masa kepresidenannya, gambaran beragam warga Amerika, dan kilasan lawan-lawan politik Republikan yang vokal, termasuk Trump, Gubernur Florida Ron DeSantis, dan Anggota Dewan Perwakilan Marjorie Taylor Greene dari Georgia. Dia mengajak para pendukungnya bahwa "ini adalah saat kita untuk mempertahankan demokrasi".
Dalam pengumuman tersebut, Biden berencana untuk menyoroti kinerjanya selama dua tahun terakhir dalam memperkuat aliansi Amerika, memimpin koalisi global untuk mendukung pertahanan Ukraina dari serangan Rusia, dan mengembalikan Amerika Serikat ke dalam perjanjian iklim Paris.
Namun, dukungan publik di Amerika Serikat terhadap Ukraina mengendur dalam beberapa bulan terakhir, dan sebagian pemilih mempertanyakan dana miliaran dolar yang mengalir ke Kiev sebagai bantuan militer dan ekonomi.
Baca Juga: Pemerintahan Biden Salahkan Trump atas Kacaunya Penarikan Mundur AS dari Afghanistan
Presiden Biden juga masih menghadapi kritik atas penarikan pasukan Amerika yang kacau pada tahun 2021 dari Afghanistan setelah hampir 20 tahun perang, yang merusak citra kompeten yang ingin ditampilkan, dan menjadi sasaran serangan dari Partai Republik terkait kebijakan imigrasi dan ekonomi.
Sebagai kandidat pada tahun 2020, Biden memperkenalkan dirinya kepada pemilih berdasarkan familiaritasnya dengan koridor kekuasaan di Washington dan hubungannya di seluruh dunia. Namun, saat itu pun dia sadar akan kekhawatiran pemilih terkait usianya yang sudah lanjut.
Meskipun demikian, banyak anggota Partai Demokrat yang lebih memilih Biden untuk tidak maju kembali. Hasil jajak pendapat terbaru dari The Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research menunjukkan hanya 47% anggota Partai Demokrat yang ingin Biden mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua, naik dari 37% pada bulan Februari. Salah ucap dan kadang-kadang kesalahan fisik Biden kerap menjadi bahan olokan bagi para kritikus yang mencoba menggambarkannya sebagai tidak layak untuk menjabat.
Biden, dalam beberapa kesempatan, telah menolak kekhawatiran tentang usianya, dengan hanya mengatakan, "Lihatlah saya."
Pada pemeriksaan fisik rutin pada bulan Februari, dokternya, Dr. Kevin O'Connor, menyatakan bahwa Biden sehat, bertenaga, dan mampu untuk menjalani tanggung jawabnya di Gedung Putih.
Staf Biden mengakui, meskipun beberapa anggota partainya mungkin lebih suka ada alternatif lain daripada Biden, namun tidak ada konsensus tentang siapa yang mungkin menjadi alternatif calon presiden Demokrat selain Biden.
Dan mereka bersikeras bahwa ketika Biden dibandingkan dengan calon yang akan diusung oleh Partai Republik, para anggota Partai Demokrat dan independen akan bersatu di belakang Biden.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.