Kompas TV internasional kompas dunia

Korban Selamat Gempa Turki dan Suriah Bertahan di Udara Beku, Kekurangan Makanan, Air Serta Obat

Kompas.tv - 9 Februari 2023, 20:57 WIB
korban-selamat-gempa-turki-dan-suriah-bertahan-di-udara-beku-kekurangan-makanan-air-serta-obat
Seorang ibu dari Suriah mencium tangan putrinya yang telah meninggal, korban  dimakamkan di Cilvegozu Turki, Kamis, 9 Februari 2023. (Sumber: AP Photo/Hussein Malla)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Iman Firdaus

ANTAKYA, KOMPAS.TV — Ribuan korban selamat bencana gempa Turki dan Suriah berkerumun di sekitar api unggun. Mereka membutuhkan makanan dan air dalam cuaca musim dingin, tiga hari setelah gempa dan serangkaian gempa susulan yang melanda Turki dan Suriah.

Hingga malam ini dilaporkan gempa tersebut menewaskan lebih dari 17.000 orang di kedua negara, seperti laporan Associated Press, Kamis, (9/2/2023).

Tim penyelamat melanjutkan ikhtiar untuk menarik lebih banyak korban selamat dari puing-puing, dibayangi menipisnya waktu untuk bertahan bagi korban yang masih terperangkap dalam puing. 

Sementara kisah-kisah penyelamatan ajaib banyak ditemukan dan membangkitkan semangat di tengah kondisi suram dari kesulitan yang dihadapi puluhan ribu orang yang selamat dari bencana.

Di kota Antakya, Turki, misalnya, puluhan orang berebut meminta bantuan di depan sebuah truk yang membagikan mantel anak-anak dan perbekalan lainnya.

Ahmet Tokgoz, seorang korban selamat, meminta pemerintah mengevakuasi warga dan korban selamat dari wilayah yang hancur. Sementara puluhan ribu orang yang kehilangan rumah terpaksa mencari tempat berlindung di tenda, stadion, dan akomodasi sementara lainnya, yang lain menghabiskan malam di luar ruangan sejak gempa berkekuatan 7,8 hari Senin.

“Terutama dalam cuaca sedingin ini, tidak mungkin untuk tinggal di sini,” katanya. “Orang-orang menghangatkan diri di sekitar api unggun, tetapi api unggun hanya mampu menghangatkan secara terbatas. Jika korban tidak mati karena terjebak di bawah puing-puing, mereka akan mati kedinginan.” kata Ahmet Tokgoz.

Baca Juga: Ini Rincian Bantuan Darurat Pemerintah Indonesia yang Disiapkan ke Lokasi Gempa Turki dan Suriah

Seorang nenek di Gaziantep, Turki, korban gempa, menelepon keluarganya pada 9 Februari 2023. Ribuan korban selamat bencana gempa Turki dan Suriah berkerumun di sekitar api unggun, membutuhkan makanan dan air dalam cuaca musim dingin yang sangat dingin (Sumber: AP Photo/Kamran Jebreilli)

Sementara itu, truk bantuan PBB pertama yang memasuki Suriah barat laut yang dikuasai pemberontak dari arah Turki tiba Kamis pagi (9/2/2023). 

Organisasi bantuan yang lebih kecil sudah melakukan pengiriman bantuan, namun PBB hanya diberi wewenang untuk mengirimkan bantuan melalui satu perlintasan perbatasan dan kerusakan jalan sejauh ini menghambat kecepatan pengiriman bantuan.

Cuaca musim dingin, kerusakan jalan dan bandara akibat gempa menghambat tanggap darurat di seluruh wilayah yang dirundung satu dekade perang saudara di Suriah. 

Konflik itu membuat jutaan orang mengungsi di Suriah dan membuat banyak orang bergantung pada bantuan kemanusiaan, sementara jutaan lainnya melintasi perbatasan ke Turki untuk mencari perlindungan.


 

Beberapa warga di Turki mengeluhkan respon yang dianggap terlalu lambat.  Presiden Recep Tayyip Erdogan sendiri dijadwalkan untuk melanjutkan turnya ke daerah-daerah yang hancur hari Kamis ini dan berusaha mengecilkan kritik yang datang kepadanya.

Sementara itu, tim tanggap darurat dan tim penyelamat di kedua sisi perbatasan bekerja sepanjang malam mencari korban selamat. Para ahli mengatakan waktu bertahan hidup berlalu dengan cepat bagi mereka yang terjebak di bawah reruntuhan atau tidak dapat memperoleh kebutuhan dasar. Pada saat yang sama, mereka mengatakan terlalu dini untuk membunuh harapan bertahan hidup bagi para korban.

Baca Juga: 2 WNI Asal Denpasar Jadi Korban Tewas Gempa Turki, Ditemukan Tewas Bersama Anak Balita dan Suami

Foto udara memperlihatkan kehancuran akibat gempat di Kahramanmaras, Turki bagian selatan, Rabu, 8 Februari 2023. Gempa dengan magnitudo 7,8 mengguncang Turki dan Suriah pada Senin pagi, 6 Februari 2023. (Sumber: Ahmet Akpolat/DIA via AP)

Mereka yang Bertahan di Reruntuhan 

Di kota Elbistan, Turki, tim penyelamat membentuk rantai manusia saat mereka menggali melalui bangunan yang runtuh, mendesak semua orang untuk diam agar bisa mendengar teriakan minta tolong mereka yang selamat namun terjebak reruntuhan. Namun kini mereka semakin sering mengeluarkan jenazah dari bawah reruntuhan.

Seperti keluarga Havva Havam, yang  duduk di dekat api di seberang bekas rumah mereka yang kini menjadi tumpukan puing, masih berharap melihat tiga anggotanya hidup kembali.

Di Antakya di selatan, tim penyelamat mengeluarkan seorang gadis muda, Hazal Guner, dari reruntuhan bangunan dan juga menyelamatkan ayahnya, Soner Guner, lapor kantor berita IHA.

Saat mereka bersiap untuk memasukkan pria itu ke ambulans, kru penyelamat memberi tahu dia bahwa putrinya masih hidup. "Aku mencintai kalian semua," bisiknya samar.

Di tempat lain di kota itu, Serap Arslan mengatakan alat berat hari Rabu baru mulai memindahkan beberapa beton berat yang menutupi korban selamat yang terjebak, “Kami mencoba membersihkan puing-puing sendiri, tapi sayangnya usaha kami belum cukup,” kata pria berusia 45 tahun itu.

Badan penanggulangan bencana Turki mengatakan lebih dari 110.000 personel penyelamat sekarang bekerja mencari korban selamat, diperkuat lebih dari 5.500 kendaraan, termasuk traktor, derek, buldoser, dan ekskavator.

Baca Juga: Relawan Beberkan Kondisi Hingga Kebutuhan Pengungsi Gempa Turki yang Hadapi Musim Dingin

Korban gempa dahsyat di Afrin, Suriah. Jumlah korban tewas meningkat menjadi lebih dari 1.300 orang pukul akibat gempa berkekuatan 7,8 magnitudo yang melanda Turki tenggara dan Suriah utara pada Senin pagi. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan hari Senin, (6/2/2023) mengatakan korban tewas di Turki saja sudah mencapai 912 orang hingga petang di Turki (Sumber: Zana Halil/AP Photo/DIA Images)

Di kota Aleppo yang dikuasai pemerintah Suriah, petugas penyelamat mengeluarkan tujuh orang hidup-hidup dan 44 jenazah hari Kamis dari bangunan yang runtuh di pusat kota, lapor TV pemerintah.

“Kami berpacu dengan waktu. Waktu hampir habis,” kata kelompok paramedis Suriah di barat laut yang dikuasai pemberontak yang dikenal sebagai White Helmets. “Setiap detik bisa berarti menyelamatkan hidup.”

Seperti di Turki, alat berat sangat dibutuhkan di sana untuk mempercepat operasi penyelamatan, kata kelompok itu.

Upaya bantuan di Suriah terhambat perang yang sedang berlangsung dan isolasi wilayah yang dikuasai pemberontak di sepanjang perbatasan oleh pasukan pemerintah Suriah yang didukung Rusia. Suriah sendiri adalah paria negara-negara Barat dan berada di bawah sanksi Barat yang terkait dengan perang.

Pada hari Kamis, truk bantuan PBB pertama menyeberang ke barat laut Suriah dari Turki. Pejabat PBB mengatakan mereka juga mencoba untuk meningkatkan pengiriman ke wilayah tersebut dari ibukota, Damaskus.

Pengiriman dijadwalkan sebelum gempa terjadi tetapi tertunda karena kerusakan jalan. Pejabat PBB mengatakan lebih banyak truk akan menyusul dengan bantuan khusus untuk krisis saat ini.

Baca Juga: Derita Gempa Suriah: Penyaluran Bantuan Terhambat Zona Konflik dan Sanksi Barat

Ahmet Erbay, 1,5 tahun dan saudari kembarnya diselamatkan dari reruntuhan puing akibat gempa Turki, 40 jam setelah terjadinya gempa. (Sumber: The Star Turkiye)

Namun, skala kehilangan dan penderitaan sangat besar. Erdogan hari Kamis mengumumkan jumlah korban tewas meningkat menjadi lebih dari 14.000 orang di negaranya, dengan lebih dari 63.000 terluka. 

Di sisi Suriah, yang meliputi wilayah yang dikuasai pemerintah dan pemberontak, di perbatasan, lebih dari 3.100 dilaporkan tewas dan lebih dari 5.000 terluka, dan diperkirakan akan meningkat tajam.

Hari Rabu, Erdogan bersumpah kondisi harus membaik, “Tidak mungkin bersiap menghadapi bencana seperti itu,” kata Erdogan saat dia mengunjungi provinsi Hatay yang terpukul parah.

“Kami tidak akan meninggalkan warga negara kami tanpa perawatan.” kata Erdogan, yang juga membalas kritik,  dengan menyebut "orang yang tidak terhormat" menyebarkan "kebohongan dan fitnah" tentang tindakan pemerintah.

Dia mengatakan pemerintah akan mendistribusikan 10.000 lira Turki atau setara 5 juta rupiah kepada keluarga yang terkena dampak.

Korban gempa Turki dan Suriah adalah tertinggi di seluruh dunia sejak gempa 2011 di Jepang yang memicu tsunami, menewaskan hampir 20.000 orang.




Sumber : Kompas TV/Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x