STOCKHOLM, KOMPAS.TV - Kelompok lintas agama terbesar dan masyarakat di Swedia mengutuk pembakaran kitab suci umat Islam Al-Qur'an oleh politisi sayap kanan Denmark dari partai Stram Kurs bernama Rasmus Paludan yang dilakukan di depan Kedutaan Besar Turki di Swedia di bawah perlindungan polisi.
Seperti laporan Daily Sabah, Minggu (29/1/2023), kelompok lintas agama itu juga menyatakan dukungan untuk umat Islam, karena insiden tersebut sangat melukai perasaan komunitas muslim global yang berjumlah hampir 2 miliar orang.
Koordinator Komisi Katolik untuk Dialog Antaragama di Swedia, Kaj Engelhart, mengatakan, meskipun dia mengakui tindakan Stram Kurs dapat dianggap sah secara hukum, ada juga kebutuhan untuk membahas apakah undang-undang tersebut harus diubah karena banyak yang menganggapnya sebagai kejahatan rasial.
"Sebagai umat Katolik, kami sangat menentang tindakan seperti itu," kata Engelhart. "Dalam keyakinan kami, tidak boleh menyinggung orang dari agama lain. Melihat kejadian ini membuat saya merasa sangat tidak enak."
Komunitas Yahudi juga menentang aksi Islamofobia, dengan Dewan resmi Komunitas Yahudi Swedia dan Amanah Muslim-Jewish Partnership Trust mengeluarkan pernyataan.
Mereka mengacu pada pembakaran buku masa Nazi Jerman dan memperingatkan tindakan seperti itu sering kali menunjukkan awal dari normalisasi kebencian terhadap suatu kelompok.
Baca Juga: Indonesia Murka Swedia Biarkan Al-Qur'an Dibakar Tokoh Politik Denmark, Kemlu Panggil Dubes Swedia
"Secara historis melawan Yahudi, sekarang melawan Muslim," kata pernyataan itu, menambahkan rasis dan ekstremis mungkin sekali lagi "menyalahgunakan demokrasi dan kebebasan berekspresi untuk menormalkan kebencian terhadap salah satu agama minoritas Swedia dengan membakar Al-Qur'an."
Pernyataan tersebut juga mengungkapkan keprihatinan bersama atas meningkatnya serangan terhadap Yahudi dan Muslim di Swedia, menekankan "dalam masyarakat demokratis, setiap individu berhak untuk merasa aman dan dihargai."
Ketua Federasi Islam Swedia, Tahir Akan, mengatakan umat Islam tidak dapat membuat suara mereka didengar dan kekhawatiran mereka diabaikan.
Tahir menyerukan komunitas untuk bersatu dan memajukan perjuangannya melawan prasangka anti-Muslim secara akademis dan legal.
Mengomentari laporan PBB yang mengatakan ada rasisme sistematis di Swedia, Tahir Akan mengatakan, "Kelompok yang paling menderita dari tren umum ini adalah komunitas Muslim. Terutama dalam urusan pekerjaan dan urusan sehari-hari lainnya, umat Islam, sayangnya, mengalami rasisme."
“Sayangnya, kita melihat politisi kita jauh dari menyadari masalah ini. Yang bisa kita lakukan adalah mendidik dan melatih generasi muda kita untuk membawa perubahan bagi seluruh umat manusia,” tambahnya.
Sumber : Kompas TV/Daily Sabah
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.