MOSKOW, KOMPAS.TV - Berbagai kalangan pemikir Rusia di dunia menganggap keputusan anggota NATO dan Amerika Serikat (AS) mengirimkan tank Leopard 2 dan M1 Abrams adalah kesalahan fatal.
Lantaran, AS akan dipandang menantang agresi terbuka terhadap Rusia. Keputusan Berlin mengirim Leopard 2 ke zona konflik pun dianggap mengirimkan sinyal bahwa Jerman tak lagi mendorong pembicaraan damai.
Berlin memberi lampu hijau pengiriman tank tempur utama Jerman MBT Leopard 2 ke Kiev, baik dari stoknya sendiri maupun dari sekutunya. Sementara, Washington mengisyaratkan kesiapannya sendiri untuk menyediakan M1 Abrams kepada militer Ukraina.
“Kanselir Scholz menjelaskan Jerman tidak akan mengizinkan pengiriman tank Leopard 2 Jerman ke Ukraina kecuali AS pertama kali mengizinkan pengiriman tank M-1A1 Abrams,” David T. Pyne, Analis Satuan Tugas EMP dan mantan perwira Departemen Pertahanan AS, seperti laporan Sputnik News, Jumat (27/1/2023).
Kemudian, pada 24 Januari, imbuh Pyne, "Pemerintahan Biden akhirnya mengalah dan mengumumkan mereka akan mengirim sekitar 31 tank M-1A1 Abrams (yang saya latih untuk bertempur sebagai perwira lapis baja Angkatan Darat AS pada tahun 1993) ke Ukraina."
"Jelas, AS dan Jerman sepakat jika Berlin setuju pengiriman tank Leopard ke Ukraina, maka AS akan mengikutinya dengan mengirimkan tank Abrams. Oleh karena itu, Scholz akhirnya mengalah dan setuju untuk mengirim mereka. Saya percaya eskalasi perang proksi NATO terbaru di Ukraina ini akan melanjutkan tren penurunan dalam hubungan Uni Eropa - Rusia ke titik terendah sepanjang masa," kata David T. Pyne.
Keputusan untuk mengirimkan tank ditetapkan setelah pertemuan Ramstein dari Grup Kontak Ukraina yang gagal menemukan titik temu dalam pengiriman Leopard 2 ke Kiev. Dilaporkan, 12 negara Eropa diharapkan memberi militer Ukraina sekitar 100 Leopard; Berlin akan mengirim 14 MBT.
"Keputusan Barat untuk mengirim tank ke Ukraina ini mengikuti pertemuan Direktur CIA William Burns dengan Presiden Zelensky yang, selama beberapa minggu terakhir, membunyikan alarm tentang serangan musim dingin besar Rusia yang akan segera terjadi," kata Pyne.
Baca Juga: Baru Sehari setelah Dapat Tank Canggih Barat, Ukraina Kini Minta Jet Tempur Canggih
"Kemungkinan besar, Burns membantu mengidentifikasi kekurangan dalam kemampuan Angkatan Bersenjata Ukraina untuk mempertahankan Ukraina dari serangan semacam itu, menyebabkan AS dan Uni Eropa mempertimbangkan kembali keengganan mereka untuk menyediakan tank ke Ukraina."
Militer Rusia menggagalkan rencana serangan Angkatan Bersenjata Ukraina di wilayah Zaporozhye, kata Vladimir Rogov, anggota dewan utama pemerintah daerah kepada wartawan Rusia pada 25 Januari.
Menurutnya, rencana Kiev untuk meluncurkan serangan luas terhadap bagian wilayah Zaporozhye yang kini diduduki Rusia untuk mencapai pantai Laut Azov, gagal.
Sementara itu, pasukan Rusia memotong jalan raya yang menghubungkan Artemovsk (Bakhmut) dengan Seversk, sehingga menggagalkan kemampuan Angkatan Bersenjata Ukraina untuk mengirim bala bantuan.
Setelah merebut Soledar, pasukan Rusia menyerang Artemovsk dari barat laut dan bergerak ke arah Razdolovka ke utara; Blagodatny ke barat; dan Krasnaya Gora di barat daya, menurut pengamat militer Rusia.
"Saya percaya AS dan Uni Eropa memutuskan untuk meningkatkan bantuan militer ke Ukraina karena mereka berbagi kekhawatiran Ukraina, bahwa serangan musim dingin Rusia akan berhasil merebut kembali sejumlah besar wilayah Ukraina dan mereka tidak ingin melihat militer Ukraina runtuh sehingga Ukraina terpaksa menerima persyaratan perdamaian Rusia, yang mereka anggap sebagai kekalahan besar, tidak hanya untuk Ukraina, tetapi untuk NATO sendiri," saran mantan perwira Pentagon itu.
Baca Juga: Rusia Hujani Ukraina dengan Rudal Sehari setelah Jerman dan AS Umumkan Pemberian Tank, 11 Tewas
Pyne percaya, keputusan Berlin dan Washington untuk menaikkan taruhan dengan mengirimkan tank tempur utama mereka ke Kiev adalah sebuah kesalahan.
Pertama, militer Rusia punya "puluhan, bahkan ratusan ribu" roket, rudal, dan amunisi lain yang dapat digunakan untuk meledakkan MBT NATO.
“Saya percaya pengiriman tank Abrams ke Ukraina akan dengan cepat mematahkan mitos kekebalan mereka karena militer Rusia akan menjadikan mereka target prioritas tinggi karena punya puluhan ribu, bahkan ratusan ribu, rudal, roket, dan amunisi [Rusia] bisa digunakan untuk menghancurkan mereka," kata Pyne, "Saya pikir nilai propaganda Rusia dengan menerbitkan gambar di media Rusia tentang tank-tank Barat yang terbakar kemungkinan besar akan sangat besar."
Beberapa tahun yang lalu, tank Leopard 2A4 kehilangan lapisan tak terkalahkannya setelah terlibat baku tembak sengit melawan pejuang Kurdi dan Daesh (ISIS) tahun 2016 dan 2018. Sekitar selusin atau lebih Leopard 2 dihancurkan oleh IED, bom mobil bunuh diri, dan peluru kendali antitank.
Sebagai penutup, baik Leopard 2 maupun Abrams M1 sejauh ini tidak pernah bertempur melawan musuh konvensional yang layak dan punya artileri berat dan dukungan udara.
Sumber : Kompas TV/Sputnik News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.