Sedangkan yang lainnya mengaku "spesialis" unit meriam, granat, dan mortar tetapi tidak pernah menerima amunisi apa pun untuk berlatih.
Dennis, 25 tahun, seorang teknisi dari Taichung yang bertugas tahun lalu mengatakan, ia ditugaskan khusus di pasukan meriam.
Tapi ia tak pernah diajari bagaimana menembakkannya karena para pelatih takut pada rekrutan terluka.
“Kami diberikan tugas yang gampang, dan menghabiskan sebagian besar waktu mencuci dan membersihkan kereta meriam,” tuturnya.
“Jika perang terjadi hari ini dan saya ditugaskan sebagai artileri, saya pikir saya hanya akan menjadi sasaran meriam,” katanya.
Dennis sendiri saat ini masih bertugas sebagai pasukan cadangan.
Baca Juga: Anggota Parlemen Jerman Kunjungi Taiwan, China Kirim Pesawat Tempur dan Kapal Perang
Hal yang sama juga diucapkan Adam Yu, desainer berusia 27 tahun dari Kota Keelung yang mengikuti wajib militer pada 2018. Ia saat itu dikhususkan memegang peluncur granat dan mortar.
Ia mengatakan meski diajari bagaimana menyiapkan senjata, ia tak pernah diberikan amunisi atau berlatih menembakkannya.
“Saya tak yakin apakah saya bisa mengoperasikan senjata tersebut,” ujarnya.
“Saya masih tak tahu bagaimana senjata tersebut akan digunakan di medan perang.”
Sumber : CNN
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.