BEIJING, KOMPAS.TV - Keluarga korban tewas di China mengamuk dan mempertanyakan mengapa Covid-19 tak bisa disertakan dalam sertifikat kematian.
Salah satunya adalah Wang, yang kaget mendapati penyakit itu tak bisa ditempatkan dalam sertifikat kematian ayahnya.
Ayah Wang meninggal setelah mengalami pneumonia yang disebabkan Covid-19 pada Sabtu (14/1/2023), setelah dirawat beberapa pekan di rumah sakit di Jiangsu.
“Ini sangat absurd. Seseorang meninggal, dan mereka bahkan tak bisa menuliskan secara akurat penyebabnya,” ujar Wang, 23 tahun dikutip dari Financial Times, Jumat (20/1/2023).
Baca Juga: Kebakaran Besar di Kawasan Kumuh Seoul, Presiden Yoon Suk-yeol Turun Tangan, 500 Orang Dievakuasi,
Sejak kebijakan ketat Covid-19 di China dilonggarkan, rumah sakit dibanjiri pasien dan crematorium pun penuh.
Namun, angka kematian resmi yang tidak tinggi membuat analis banyak menyatakan keterkejutannya.
Pada periode dari 8 Desember hingga 12 Januari, jumlah kematian resmi menurut angka revisi kematian di fasilitas kesehatan yang diajukan oleh Komisi Kesehatan Nasional akhir pekan lalu adalah 59.938.
Jumlah itu naik secara drastis dari klaim awal yang hanya 37 kematian.
Menurut keluarga korban meninggal Covid-19 dan pekerja medis di seluruh China, salah satu alasan rendahnya angka kematian dari jumlah sebenarnya adalah karena pejabat China menyembunyikan Covid-19 dari sertifikat kematian orang meninggal karena virus tersebut.
Enam keluarga dari korban tewas Covid-19 mengungkapkan mereka kaget melihat sertifikat kematian mencantumkan pneumonia atau serangan jantung sebagai penyebab kematian dari pasien penyakit virus corona tersebut.
Sejumlah petugas medis mengatakan bahwa pejabat setempat telah melarang mereka memasukkan Covid-19 dalam dokumen resmi.
Hal itu baik dengan mempersulit proses atau secara aktif memberitahu institusi medis untuk tak memasukkan kata itu.
Di China surat kematian dibuat rumah sakit atau klinik komunitas, atau komite lingkungan jika mereka meninggal di rumah.
Dalam kasus Wang, rumah sakit mengarahkan keluarganya ke klinik komunitas untuk memproses kematiannya.
Baca Juga: Rayakan Imlek, Presiden China Xi Jinping Berbicara Secara Virtual dengan Rakyatnya
Pejabat di klinik itu mengetik pneumonia sebagai penyebab resmi kematian.
“Mereka mengatakan kami tak bisa menyertakan Covid. Ibu saya merasa frustasi dan menanyai mereka, bisakah pneumonia membunuh orang,” ujarnya.
“Namun, kami tak ingin berdebat dengan mereka, jadi kami setuju saat ditulis pneumonia,” ucapnya.
Keluhannya itu pun ditanggpai oleh ratusan orang di internet, yang mengaku juga mengalami hal yang sama.
Sumber : Financial Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.