KUALA LUMPUR, KOMPAS.TV - Malaysia, produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia, Kamis lalu mengatakan akan menghentikan ekspor minyak sawit ke Uni Eropa setelah blok tersebut memberlakukan pembatasan impor tambahan pada minyak nabati karena kekhawatiran atas deforestasi.
Berikut adalah apa yang menyebabkan pertengkaran tersebut, seperti laporan Straits Times, Senin, (16/1/2023)
Tentang apakah ketidaksepakatan itu?
Malaysia dan Indonesia telah bertahun-tahun berselisih dengan Uni Eropa mengenai pembatasan impor minyak sawit, yang menurut kedua negara merupakan hambatan perdagangan dan tindakan proteksionis untuk industri biji minyak makan dalam negeri Uni Eropa.
Peraturan deforestasi Uni Eropa merupakan tambahan dari arahan energi terbarukan blok negara-negara Eropa yang diumumkan pada tahun 2018, mensyaratkan penghapusan bahan bakar transportasi berbasis kelapa sawit secara bertahap tahun 2030.
Blok tersebut juga menetapkan batas keamanan terpisah pada ester 3-MCPD kontaminan makanan untuk minyak sawit dibandingkan dengan minyak makan yang berasal dari tanaman seperti kedelai, kanola, dan bunga matahari.
Apa yang telah dilakukan Malaysia tentang pembatasan UE?
Indonesia dan Malaysia, yang menyumbang 85 persen ekspor minyak sawit dunia, telah mengajukan gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia WTO secara terpisah terhadap Uni Eropa atas arahan energi terbarukan tersebut.
Produsen minyak sawit mengatakan mereka mengambil langkah-langkah untuk memenuhi persyaratan Uni Eropa, termasuk meningkatkan standar sertifikasi minyak sawit berkelanjutan nasional mereka dan meningkatkan standar perlindungan lingkungan dan keamanan pangan, tetapi blok tersebut terus memberlakukan pembatasan baru.
Pejabat Uni Eropa mengatakan peraturan mereka tidak menargetkan satu negara pun dan ditujukan untuk memastikan bahwa produksi komoditas tidak semakin mendorong deforestasi dan degradasi hutan.
Baca Juga: Indonesia Tanda Tangani Kerja Sama Ekspor Cangkang Sawit Senilai Rp2,1 Triliun dengan Jepang
Bagaimana reaksi pasar?
Patokan berjangka minyak sawit mentah Bursa Malaysia belum bereaksi terhadap proposal Malaysia, meskipun beberapa pedagang mengatakan mereka melihatnya sebagai sinyal bearish.
Beberapa di industri kelapa sawit melihat larangan yang diusulkan sebagai reaksi spontan yang akan merugikan sektor tersebut, dan yang lain memuji Malaysia karena mengambil langkah tersebut.
Malaysia mengatakan akan membahas dengan Indonesia kemungkinan larangan dan strategi lain untuk mengatasi langkah-langkah Uni Eropa, karena keduanya sepakat meningkatkan kerja sama untuk memerangi "diskriminasi" terhadap komoditas tersebut.
Bagaimana cara Malaysia menghentikan ekspor ke Uni Eropa?
Belum jelas apakah Malaysia sedang mempertimbangkan larangan langsung ekspor ke Uni Eropa atau akan memilih memberlakukan tarif.
Bagaimana dengan ekspor minyak sawit Malaysia ke Eropa?
Uni Eropa menyumbang 9,4 persen volume ekspor Malaysia tahun 2022. Data Dewan Minyak Sawit Malaysia menunjukkan ekspor ke blok beranggotakan 27 negara itu telah menurun sejak 2015.
Pada 2022, ekspor Malaysia ke Uni Eropa turun 10 persen dari tahun sebelumnya menjadi 1,47 juta ton. Itu adalah penurunan 40 persen dari 2,43 juta ton pada tahun 2015.
Asosiasi Biodiesel Malaysia tahun lalu mendesak pejabat industri untuk berdamai dengan penurunan pengiriman biofuel berbasis kelapa sawit ke Uni Eropa.
Ke mana lagi ekspor minyak sawit Malaysia bisa pergi?
Industri kelapa sawit menyumbang sekitar 5 persen ekonomi Malaysia. Malaysia dalam beberapa tahun terakhir secara aktif menjajaki pasar baru untuk mengimbangi kerugian dari menurunnya penjualan ke Eropa, termasuk membuka pasar baru di negara-negara pengimpor pangan di Timur Tengah, Asia Tengah dan Afrika Utara.
Namun, beberapa perusahaan minyak sawit Malaysia yang terdaftar secara publik terlanjur mendirikan kilang di Eropa dan larangan ekspor akan mengganggu operasi mereka.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.