"Perserikatan Bangsa-Bangsa dan mitranya, termasuk organisasi nonpemerintah nasional dan internasional, membantu lebih dari 28 juta warga Afghanistan yang bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup," kata Guterres dalam sebuah pernyataan.
International Rescue Committee (IRC) menyatakan kekecewaan mereka dengan keputusan Taliban. IRC sendiri memperkerjakan lebih dari 3.000 staf perempuan di Afghanistan. Belum jelas apakah IRC juga akan menangguhkan operasi kemanusiaan mereka.
Perintah Taliban terhadap LSM itu tertulis dalam surat pernyataan pada hari Sabtu dari Menteri Ekonomi Qari Din Mohammed Hanif. Dalam pernyataannya, organisasi mana pun yang ditemukan tidak mematuhi perintah itu akan dicabut izinnya di Afghanistan.
Juru bicara Kementerian, Abdul Rahman Habib, menolak mengomentari keputusan LSM untuk menangguhkan operasi mereka atau memberikan rincian tentang larangan tersebut.
Baca Juga: Taliban Larang Perempuan Afghanistan Bekerja di LSM, Dianggap Telah Langgar Aturan Berpakaian
Rentetan peraturan dari pemerintah Taliban yang semuanya laki-laki dan digerakkan oleh agama mengingatkan pada aturan mereka di akhir 1990-an ketika mereka melarang perempuan dari pendidikan serta ruang publik, termsuk melarang musik, televisi, dan banyak olahraga.
Perintah Kementerian Ekonomi datang beberapa hari setelah Taliban melarang mahasiswi mengikuti pendidikan tingkat universitas di seluruh negeri. Larangan ini memicu reaksi di luar negeri dan demonstrasi di kota-kota besar Afghanistan.
Sekitar Sabtu tengah malam di kota Herat, di mana pengunjuk rasa sebelumnya dibubarkan dengan meriam air, warga membuka jendela mereka dan meneriakkan "Allahu Akbar (Tuhan Maha Besar)" dalam solidaritas dengan siswa perempuan.
Di selatan kota Kandahar juga pada hari Sabtu, ratusan mahasiswa laki-laki memboikot ujian akhir semester mereka di Universitas Mirwais Neeka. Salah satu dari mereka mengatakan kepada The Associated Press bahwa pasukan Taliban mencoba membubarkan kerumunan saat mereka meninggalkan ruang ujian.
"Mereka mencoba membubarkan kami sehingga kami meneriakkan slogan-slogan, kemudian yang lain bergabung dengan slogan-slogan tersebut," kata Akhbari, yang hanya menyebutkan nama belakangnya.
"Kami menolak untuk bergerak dan Taliban mengira kami sedang memprotes. Taliban mulai menembakkan senapan mereka ke udara. Saya melihat dua orang dipukuli, salah satunya di kepala."
Juru bicara Gubernur Provinsi Kandahar, Ataullah Zaid, membantah adanya protes. Ada beberapa orang yang berpura-pura menjadi siswa dan guru, katanya, namun dihentikan oleh siswa dan aparat keamanan.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.