Panel tersebut mengatakan partisipasi Belanda dalam perbudakan merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan pada tahun 2021 merekomendasikan permintaan maaf dan reparasi.
Rutte menyampingkan reparasi pada konferensi pers Jumat lalu, meskipun ia diperkirakan akan menciptakan dana pendidikan senilai 200 juta euro.
“Ini tentang proses di mana Anda berbicara tentang pemulihan, dalam arti bersama-sama mengakui masa lalu dan konsekuensinya di masa sekarang, tetapi tidak, katakanlah, gaji yang tidak dibayarkan,” kata Rutte.
Sejarawan memperkirakan pedagang Belanda mengirim lebih dari setengah juta orang Afrika yang diperbudak ke Amerika, kebanyakan ke Brasil dan Karibia.
Baca Juga: Pemerintah Belanda Meminta Maaf atas Kekejaman Tentara Masa Perang Kemerdekaan Indonesia 1945 - 1949
Banyak orang Belanda bangga dengan sejarah dan kecakapan angkatan laut negara itu sebagai negara perdagangan.
Namun, anak-anak tidak banyak diajari tentang peran dalam perdagangan budak yang dimainkan oleh Perusahaan Hindia Barat Belanda dan Perusahaan Hindia Timur Belanda, sumber utama kekayaan nasional.
Terlepas dari reputasi toleransi Belanda, rasisme adalah masalah yang signifikan.
Warga keturunan Antilla, Turki, dan Maroko melaporkan tingkat diskriminasi yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Studi terbaru menunjukkan bahwa mereka menghadapi kerugian yang signifikan di tempat kerja dan di pasar perumahan.
Baca Juga: Mantan Menlu Hassan Wirajuda: Permintaan Maaf Belanda Harus Komprehensif, Tidak Sepotong-Sepotong
Menurut South African News, Belanda mengalami "Zaman Keemasan" kerajaan dan budaya mereka pada abad ke-16 dan ke-17 dengan mengirimkan sekitar 600.000 orang Afrika sebagai bagian dari perdagangan budak, sebagian besar ke Amerika Selatan dan Karibia.
Pada puncak kerajaan kolonialnya, Provinsi Bersatu yang sekarang dikenal sebagai Belanda memiliki koloni seperti Suriname, pulau Curacao di Karibia, Afrika Selatan, dan Indonesia, tempat Perusahaan Hindia Timur Belanda bermarkas pada abad ke-17.
Dalam beberapa tahun terakhir, Belanda bergulat dengan fakta bahwa museum dan kota bersejarah yang dipenuhi karya Rembrandt dan Vermeer sebagian besar dibangun dengan modal dari kebrutalan itu.
Perbudakan secara resmi dihapuskan di Suriname dan tanah-tanah lain yang dikuasai Belanda pada tanggal 1 Juli 1863, tetapi praktik tersebut baru benar-benar berakhir pada tahun 1873 setelah masa “transisi” selama 10 tahun.
Kelompok peringatan perbudakan mengatakan permintaan maaf apa pun harus dilakukan pada peringatan 150 tahun pada tanggal tersebut, pada tahun 2023, alih-alih tanggal "sewenang-wenang" pada 19 Desember tahun ini.
Sumber : Straits Times/The South African
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.