KUALA LUMPUR, KOMPAS.TV — Anwar Ibrahim dilantik sebagai perdana menteri Malaysia hari Kamis, (24/11/2022) dan berjanji untuk menyembuhkan negara yang terpecah secara rasial, memerangi korupsi dan menghidupkan kembali ekonomi yang sedang kepayahan dengan meningkatnya biaya hidup pasca Covid-19.
“Malaysia berusia lebih dari enam dekade. Setiap orang Malaysia terlepas dari etnis, keyakinan agama atau wilayah, khususnya Sabah dan Sarawak, tidak boleh dibiarkan dari merasa diabaikan serta terabaikan dengan cara apa pun.Tidak boleh ada yang terpinggirkan di bawah pemerintahan saya," kata Anwar.
Dalam konferensi pers pertamanya seperti laporan Associated Press, Jumat, (25/11/2022), Anwar mengatakan untuk mencapai itu dia akan membentuk pemerintah persatuan yang terdiri dari Aliansi Pakatam Harapan dengan 82 kursi parlemen, Front Nasional dengan 30 kursi dan satu blok dari negara bagian Sarawak timur dengan 23 kursi.
Anwar mengatakan itu akan memberinya mayoritas 135 kursi, dengan blok lain yang lebih kecil diperkirakan akan bergabung.
"Tidak ada pertanyaan tentang legitimasi saya," kata Anwar setelah saingannya, mantan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin, membantah Anwar mendapat dukungan mayoritas.
Pasar saham dan mata uang Malaysia melonjak menyusul berita penunjukkan Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri hasil pemilu.
Baca Juga: Presiden Jokowi Menelepon PM Malaysia Anwar Ibrahim, Jadi Kepala Negara Pertama yang Ucapkan Selamat
Polisi memperketat keamanan nasional karena postingan media sosial memperingatkan masalah rasial jika blok multietnis Anwar menang.
Partai Anwar mendesak pendukungnya untuk menahan diri dari pertemuan dan perayaan untuk menghindari risiko provokasi.
Anwar berharap kemenangannya akan membawa harapan baru bagi warga Malaysia yang mendambakan negara yang lebih adil, dan meyakinkan mayoritas Muslim Melayu bahwa mereka tidak perlu takut.
Dia mengatakan prioritasnya adalah memperkuat ekonomi karena menghadapi perlambatan yang diperkirakan terjadi tahun depan dan serta melawan kenaikan inflasi.
Banyak orang Melayu pedesaan takut mereka akan kehilangan hak istimewa mereka dengan pluralisme yang lebih besar di bawah Anwar.
Muak dengan korupsi dan pertikaian di UMNO yang telah lama berkuasa, banyak yang memilih blok Muhyiddin dalam pemungutan suara hari Sabtu.
Baca Juga: Kisah Anwar Ibrahim, Dari Tahanan yang Digebuki Menjadi Perdana Menteri Malaysia
Sabah dan Sarawak di Pulau Kalimantan termasuk di antara dua negara bagian termiskin di negara itu.
Anwar juga menyatakan hari Senin sebagai hari libur nasional.
Naiknya Anwar ke posisi puncak menutup perjalanan politiknya yang naik turun dan akan meredakan ketakutan atas Islamisasi yang lebih besar.
Tapi Anwar menghadapi tugas berat dalam menjembatani perbedaan ras yang semakin dalam setelah pemungutan suara hari Sabtu, serta menghidupkan kembali perekonomian.
Orang Melayu merupakan dua pertiga dari 33 juta penduduk Malaysia, yang mencakup minoritas etnis Tionghoa dan India yang besar.
"Anwar adalah seorang globalis, yang akan meyakinkan investor internasional. Dia dilihat sebagai pembangun jembatan di seluruh komunitas, yang akan menguji kepemimpinannya ke depan tetapi pada saat yang sama menawarkan bantuan yang meyakinkan untuk tantangan yang akan dihadapi Malaysia," kata Bridget Welsh, pakar politik Asia Tenggara di Universitas Nottingham Malaysia.
Baca Juga: Anwar Ibrahim Resmi Menjabat usai Dilantik sebagai Perdana Menteri ke-10 Malaysia
Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengucapkan selamat kepada Anwar dalam sebuah pernyataan yang mencatat bahwa AS berharap untuk memperdalam persahabatannya dengan Malaysia.
Anwar, kini berusia 75 tahun, adalah mantan wakil perdana menteri yang pemecatan dan pemenjaraannya pada 1990-an menyebabkan protes jalanan besar-besaran dan gerakan reformasi yang menjadi kekuatan politik utama.
Hari Kamis menandai kemenangan kedua blok reformisnya. Yang pertama adalah pemilu bersejarah tahun 2018 yang menyebabkan tergulingnya UMNO, titik sejarah perubahan rezim pertama sejak kemerdekaan Malaysia dari Inggris pada tahun 1957.
Kenaikannya ke puncak adalah kemenangan bagi para reformis politik yang terkunci dalam pertempuran dengan kaum nasionalis Melayu selama berhari-hari setelah pemilihan umum yang memecah belah pada hari Sabtu menghasilkan Parlemen tanpa kubu mayoritas.
Anwar mengambil sumpah jabatannya dalam sebuah upacara sederhana di istana negara yang disiarkan di televisi nasional.
Raja Malaysia, Sultan Abdullah bin Sultan Ahmad Shah, menunjuk Anwar sebagai pemimpin negara ke-10 setelah mengatakan dia puas bahwa Anwar adalah kandidat yang kemungkinan mendapat dukungan mayoritas.
Baca Juga: Inilah Kekuasaan Besar Raja Malaysia, Bisa Tunjuk Perdana Menteri Bila Politik Buntu
Anwar mengatakan pemerintahnya akan mengajukan mosi percaya ketika Parlemen bersidang kembali pada 19 Desember.
Lonjakan tak terduga dari dukungan etnis Melayu mendorong Aliansi Nasional Muhyiddin yang berhaluan kanan memenangkan 73 kursi, dengan sekutunya Partai Islam Pan-Malaysia muncul sebagai partai tunggal terbesar dengan 49 kursi.
Kebuntuan itu diselesaikan setelah Front Nasional yang dipimpin oleh Organisasi Nasional Melayu Bersatu UMNO setuju mendukung pemerintah persatuan di bawah Anwar Ibrahim.
Ikatan seperti itu dulunya tidak terpikirkan dalam politik Malaysia, yang lama didominasi oleh persaingan antara kedua partai.
"Yang Mulia mengingatkan semua pihak bahwa pemenang tidak memenangkan semua dan yang kalah tidak kehilangan segalanya," demikian pernyataan istana.
Sultan Abdullah mendesak semua pihak yang berseberangan untuk berdamai guna memastikan pemerintahan yang stabil dan mengakhiri kekacauan politik Malaysia, yang menghasilkan tiga perdana menteri sejak pemilu 2018.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.