CANBERRA, KOMPAS.TV — Pemerintah China, Senin (31/10/2022), dilaporkan mengecam Amerika Serikat (AS) yang berencana menempatkan pengebom jarak jauh B-52 di Australia. Beijing menuduh AS ingin merusak perdamaian dan stabilitas regional, seperti dilaporkan Associated Press, Senin.
Ditanya tentang rencana penempatan pesawat pengebom nuklir AS di Australia, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan kerja sama pertahanan dan keamanan antarnegara seharusnya "tidak menargetkan pihak ketiga atau merugikan kepentingan pihak ketiga."
"Perilaku AS yang relevan telah meningkatkan ketegangan regional, secara serius merusak perdamaian dan stabilitas regional, dan dapat memicu perlombaan senjata di kawasan itu," kata Zhao kepada wartawan pada briefing reguler di Beijing, Senin.
"China mendesak pihak-pihak terkait untuk meninggalkan Perang Dingin yang sudah ketinggalan zaman dan mentalitas zero-sum dan pemikiran geopolitik yang sempit, dan untuk melakukan sesuatu yang kondusif bagi perdamaian dan stabilitas regional dan meningkatkan rasa saling percaya antarnegara."
Pesawat pengebom B-52 adalah alutsista gaek sisa perang dingin yang mampu membawa rudal nuklir.
Walau sudah uzur, pesawat pengebom itu mampu memproyeksikan ancaman terhadap negara-negara yang dianggap berseberangan dengan Amerika Serikat.
Amerika Serikat sedang bersiap membangun fasilitas khusus untuk pesawat pengebom jarak jauh di Pangkalan Angkatan Udara Kerajaan Australia (RAAF) Tindal di Northern Territory, kata penyiar nasional Australian Broadcasting Corp.
Baca Juga: Vladimir Putin: AS Punya 200 Senjata Nuklir Taktis di Eropa, Siapkan 257 Pesawat Pengebom
Tindal berada di sebelah selatan kota pesisir Darwin, di mana ribuan pasukan Korps Marinir AS ditempatkan selama enam bulan setiap tahun sejak 2012 di bawah kesepakatan yang dicapai antara Presiden AS Barack Obama dan Perdana Menteri Australia Julia Gillard.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese tidak secara langsung menanggapi ketika ditanya dalam konferensi pers pada Senin apakah Amerika Serikat sedang bersiap untuk menempatkan pesawat pengebomnya di Australia.
"Kami terlibat dengan teman-teman kami di aliansi Amerika Serikat dari waktu ke waktu," kata Albanese.
"Ada kunjungan ke Australia, termasuk di Darwin, yang menempatkan Marinir AS secara bergilir di sana."
Angkatan Udara AS mengatakan kepada ABC bahwa kemampuan untuk mengerahkan pesawat pengebom AS ke Australia "mengirim pesan yang kuat kepada musuh tentang kemampuan kami untuk memproyeksikan kekuatan udara yang mematikan."
Pemimpin oposisi Australia, Peter Dutton, yang menjadi menteri pertahanan ketika pemerintahan konservatifnya dicopot dari jabatannya pada Mei lalu, menyambut baik prospek pesawat pengebom B-52 hadir secara rutin di Australia.
"Akan luar biasa jika mereka hadir lebih teratur," kata Dutton, merujuk pada pesawat pengebom AS.
"Ini memperkuat posisi keamanan kami dalam waktu yang tidak pasti."
Baca Juga: Rusia Hari Ini Latihan Kekuatan Rudal Nuklir Strategis Besar-Besaran, Krisis Ukraina Makin Panas
Saat menjabat, Dutton mengatakan dia berdiskusi dengan pihak berwenang AS untuk merotasi semua aspek Angkatan Udara AS (USAF) melalui wilayah utara Australia yang jarang penduduknya.
"Sangat penting untuk mempertahankan itu (Australia utara) dan untuk mencegah siapa pun mengambil tindakan terhadap kami," kata Dutton.
"Kami memiliki kerentanan dan penting bagi kami untuk memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Amerika Serikat ... dan semua sekutu kami."
ABC mengatakan dokumen tender AS menunjukkan Departemen Pertahanan AS berencana membangun apron parkir pesawat di Tindal untuk menampung enam pesawat B-52.
Ada desain rinci untuk pembangunan "fasilitas operasi skuadron" Angkatan Udara AS di Tindal serta pusat perawatan, tangki penyimpanan bahan bakar jet dan bunker amunisi, ABC melaporkan.
“Kemampuan RAAF untuk menjadi tuan rumah bagi pengebom USAF, serta berlatih bersama mereka, menunjukkan betapa terintegrasinya kedua angkatan udara kami,” kata Departemen Pertahanan AS kepada ABC.
ABC tidak memberikan kerangka waktu dalam laporannya mengenai peningkatan kapasitas pangkalan udara Tindal.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.