Kompas TV internasional kompas dunia

Jerman Kekurangan Parah Tenaga Kerja, Dunia Usaha Sampai Harus Kurangi Jumlah Produksi

Kompas.tv - 17 Oktober 2022, 20:09 WIB
jerman-kekurangan-parah-tenaga-kerja-dunia-usaha-sampai-harus-kurangi-jumlah-produksi
Jerman mengalami kekurangan pekerja yang akut menambah masalah bagi produsen yang sebelumnya sudah kepayahan berjuang untuk tetap kompetitif. (Sumber: Straits Times)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

BERLIN, KOMPAS.TV – Saat Jerman bergulat dengan krisis energi yang mengancam masa depannya sebagai pemimpin industri, kekurangan pekerja yang akut menambah masalah bagi produsen yang sebelumnya sudah kepayahan berjuang untuk tetap kompetitif.

Kurangnya tenaga kerja yang berkualitas, yang disebabkan oleh populasi yang menua dan diperburuk oleh pandemi Covid-19, membuat produsen Jerman kekurangan staf yang mereka butuhkan untuk mengimbangi permintaan.

Survei baru-baru ini menemukan, 50 persen perusahaan memangkas produksi karena masalah kepegawaian, dan itu merugikan ekonomi Jerman sebanyak USD85 miliar setiap tahun.

“Semakin banyak perusahaan mengurangi bisnis mereka karena tidak ada cukup pekerja,” kata Stefan Sauer, pakar pasar tenaga kerja di Ifo Institute di Munich, seperti dilansir Bloomberg, Senin (17/10/2022).

“Dalam jangka menengah dan panjang, masalah ini kemungkinan akan menjadi lebih buruk,” tambahnya.

Kenaikan tajam dalam biaya tenaga kerja dapat menjadi keuntungan bagi pekerja.

Tetapi untuk ekonomi terbesar Eropa, ini merupakan pukulan terhadap daya saing yang terjadi pada waktu yang sudah buruk.

Baca Juga: Kanselir Jerman Pergi ke Beijing lalu Bawa Delegasi Bisnis ke Vietnam sebelum ke KTT G20

Pesta Oktoberfesf 2022. Jerman mengalami kekurangan pekerja yang akut menambah masalah bagi produsen yang sebelumnya sudah kepayahan berjuang untuk tetap kompetitif. (Sumber: AP Photo/Matthias Schrader)

Pabrikan Jerman, terutama yang paling boros energi, seperti pembuat bahan kimia, kaca dan keramik, mengalami penurunan margin keuntungan karena melonjaknya biaya. Beberapa bahkan harus menutup pabrik atau mengalihkan produksi ke luar negeri.

Kekurangan tenaga kerja memperbesar tekanan. Dengan situasi tingginya permintaan akan tenaga kerja dan lonjakan inflasi menjadi 10,9 persen bulan lalu, staf sektor publik Jerman mencari kenaikan gaji 10,5 persen, sementara pekerja logam menuntut 8 persen kenaikan upah.

Kenaikan upah yang cepat dapat membantu memperparah inflasi, bikin sakit kepala para pembuat kebijakan.

Tren tersebut dapat mendorong Bank Sentral Eropa menekan lebih keras, bahkan ketika prospek ekonomi memburuk.

Bisnis semakin kreatif. Beberapa pabrik memasang peralatan ergonomis agar pekerja tetap berada di jalur perakitan yang menuntut fisik hingga usia 60-an.

Lainnya menawarkan minggu kerja empat hari dan fasilitas senang-senang seperti wisata terjun payung.

Felix Huefner, seorang ekonom di UBS Group di Frankfurt, mengharapkan upah Jerman tumbuh 3,5 persen pada akhir 2023.

Baca Juga: Gawat! Belanda Kekurangan Tenaga Kerja, Sampai Banyak Perusahaan Bangkrut

Jerman, termasuk industri pesawat Airbus, mengalami kekurangan pekerja yang akut menambah masalah bagi produsen yang sebelumnya sudah kepayahan berjuang untuk tetap kompetitif. (Sumber: Wikimedia Commons)

“Harga energi yang tinggi dan kekurangan pekerja terampil tentu menjadi kendala bagi industri Jerman ke depan,” kata Huefner.

“Negara-negara seperti Prancis, yang memiliki demografi yang lebih baik, akan memiliki kapasitas produktif yang lebih kuat di masa depan,” tambahnya.

Airbus harus membatalkan rencana memproduksi 720 jet A320 terlarisnya di Hamburg pada tahun 2022, sebagian karena kekurangan pekerja yang membuat harga sahamnya jatuh.

Airbus yang berjuang untuk menemukan teknisi listrik, mekanik dan staf untuk memasang peralatan lain di kabin pesawat, telah "secara besar-besaran memperkuat" perekrutan, kata seorang juru bicara.

Sementara itu, kota Hamburg merencanakan kampanye 400.000 euro untuk bersaing memperebutkan tenaga kerja di Denmark dan mempersempit perkiraan kekurangan lebih dari 20.000 pekerja terampil.

Industri otomotif Jerman menggandakan upaya untuk membangun tenaga kerjanya sendiri.

BMW baru-baru ini menempatkan 75.000 staf ke dalam program pelatihan ulang untuk teknologi produksi baru dengan tingkat digitalisasi dan otomatisasi yang lebih tinggi.

Baca Juga: Amerika Serikat Alami Kelangkaan Tenaga Kerja Gara-Gara Pandemi

Pelabuhan batu bara Rheinberg-Orsoy Jerman. Jerman mengalami kekurangan pekerja yang akut menambah masalah bagi produsen yang sebelumnya sudah kepayahan berjuang untuk tetap kompetitif. (Sumber: Kompas.tv/Ant)

Raksasa suku cadang mobil Continental mendaftarkan 10 persen tenaga kerjanya ke sekolah teknologi internal.

M+E, asosiasi perusahaan teknik logam dan listrik, membawa armada truk bertingkat ke sekolah menengah untuk melakukan penawaran langsung kepada siswa.

Pemimpin perusahaan merekrut karyawan potensial di dek atas, sementara siswa bereksperimen dengan peralatan termasuk robot mini di bawah.

“Kita berhasil melalui virus corona, sekarang perang dan kemudian krisis energi,” kata Andreas Rade, direktur pelaksana Asosiasi Industri Otomotif Jerman, asosiasi pembuat mobil dan pemasok suku cadang terbesar di negara itu. “Tetapi kekurangan pekerja terus menjadi salah satu masalah terpenting.”

Masalahnya bahkan lebih parah di perusahaan kecil yang membentuk hubungan penting dalam rantai pasokan untuk produsen terbesar Jerman.

Di Saxony, perusahaan scaffolding Gemeinhardt Geruestbau menemukan cara baru untuk bersaing memperebutkan bakat, yaitu wisata terjun payung tandem gratis dari ketinggian 4.572m saat penandatanganan kontrak kerja.

Pada bulan Agustus, perusahaan membawa tujuh peserta pelatihan ke lapangan terbang di Bautzen untuk pengalaman tersebut.

"Ini adalah hal yang mahal untuk dilakukan tetapi membantu," kata kepala perusahaan Dirk Eckhart dalam sebuah wawancara.

Baca Juga: Australia Kekurangan Parah Tenaga Kerja, PM Australia Didesak Tingkatkan Jumlah Pekerja Migran

Australia kekurangan parah tenaga kerja seiring melesatnya ekonomi pasca pandemi Covid-19, PM Australia Anthony Albanese dalam tekanan untuk mempercepat proses visa dan menambah jumlah pekerja untuk masuk Australia. (Sumber: Straits Times)

Dari empat ekonomi terbesar Eropa, Jerman menghadapi kekurangan terbesar tenaga kerja, menurut survei Komisi Eropa. Alasan krisis bervariasi, tetapi pendorong yang paling signifikan adalah demografi.

Dengan generasi baby boomer mulai pensiun, tidak ada cukup orang muda untuk mengisi jajaran tenaga kerja.

Agen tenaga kerja Jerman mencatat kekurangan dari 360.000 menjadi 380.000 tenaga kerja per tahun dan memperkirakan kekurangan itu meningkat jadi 500.000 pekerja pada akhir dekade ini.

Di atas tren demografi, Eropa masih merasakan dampak pandemi, ketika jutaan orang di-PHK dan banyak yang tidak kembali ke pekerjaan lama mereka.

Perusahaan sekarang harus “mengejar realokasi staf”, kata Ulf Rinne, seorang peneliti di Institute of Labor Economics di Bonn.

Imigrasi, sumber penting pekerja terampil, baru pulih sebagian pada tahun 2021 setelah merosot selama pandemi.

Sementara masuknya pengungsi Ukraina dapat membantu mengatasi beberapa kesenjangan, jalannya perang membuat sulit untuk memprediksi berapa lama mereka akan tinggal.

Hambatan utama untuk mengintegrasikan orang asing adalah pengakuan atas kualifikasi mereka.

Baca Juga: Dampak Paling Nyata Krisis Ekonomi di Sejumlah Negara pada Perempuan, Meningkatnya Pekerja Seks

Jerman mengalami kekurangan pekerja yang akut menambah masalah bagi produsen yang sebelumnya sudah kepayahan berjuang untuk tetap kompetitif. Inflasi memperparah situasi tersebut. (Sumber: Straits Times via AFP)

Sistem yang kaku telah membuat para insinyur berpengalaman dari negara-negara seperti Suriah terjebak dalam pekerjaan tidak terampil.

Rinne mengatakan bahasa adalah rintangan lain yang menempatkan Jerman pada posisi yang kurang menguntungkan dari AS dan tujuan berbahasa Inggris lainnya.

Dalam sebuah studi baru-baru ini, Boston Consulting Group mengatakan biaya untuk bisnis di Jerman dari kekurangan tenaga kerja struktural lebih dari USD80 miliar per tahun, di antara yang tertinggi dari negara-negara yang disurvei.

Pada tingkat imigrasi saat ini, tenaga kerja Jerman akan berkurang tiga juta pada tahun 2035 dan sebanyak sembilan juta pada tahun 2050, menurut penelitian tersebut.

Pemerintah Jerman baru-baru ini merilis strategi baru untuk mengembangkan tenaga kerja terampil, termasuk pelatihan dan imigrasi.

Pemerintahan Kanselir Olaf Scholz sedang mengupayakan perubahan undang-undang imigrasi untuk menarik lebih banyak pekerja dari luar Uni Eropa.

Dua menterinya baru-baru ini mengecam pendekatan sebelumnya sebagai "terlalu lamban, terlalu birokratis, terlalu tidak ramah".

 




Sumber : Bloomberg




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x