Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Waduh, NATO Ternyata Diyakini Tak Siap jika Harus Perang dengan Rusia

Kompas.tv - 15 September 2022, 16:31 WIB
waduh-nato-ternyata-diyakini-tak-siap-jika-harus-perang-dengan-rusia
Ilustrasi tentara Rusia. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Vyara Lestari

LONDON, KOMPAS.TV - Mantan pejabat militer NATO meyakini aliansi itu tak siap jika harus perang dengan Rusia.

Perang NATO dengan Rusia disebut bakal terjadi jika invasi ke Ukraina berubah menjadi skenario terburuk.

Eks Wakil Komandan Tertinggi NATO, Jenderal Sir Richard Shirreff, mengungkapkan, keberhasilan serangan balik Ukraina menjadi pembenaran dukungan militer ke Kiev, terutama dari AS dan Inggris.

Ia percaya bahwa itu akan menjadi pesan yang kuat ke negara-negara anggota NATO yang goyah atas dukungannya ke Kiev, terutama Jerman.

Baca Juga: Mobil Putin Diserang Bom, Disebut Usaha Pembunuhan Presiden Rusia

Meski ia menyerukan agar anggota NATO terus memberikan persenjataan ke Ukraina, Shirreff khawatir aliansi itu tak ada dalam posisi siap berperang.

“Cara untuk menangani risiko eskalasi bagi NATO adalah mempersiapkan untuk kasus terburuk, dan hal itu masih belum terlihat,” katanya kepada Newsweek.


 

“Yang saya maksud dengan kasus terburuk, adalah NATO berperang dengan Rusia,” tambahnya.

Sejak invasi skala penuh dilakukan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 24 Februari, AS dan NATO mencoba memberikan bantuan militer ke Kiev tanpa meningkatkan konflik.

Keterlibatan NATO secara langsung hanya akan terjadi jika salah satu anggota aliansi tersebut diserang.

Baca Juga: Rusia Rusak Pesta Pernikahan di Krimea, Tangkap Penyelenggara akibat Mainkan Lagu Patriotik Ukraina

Hal itu akan memicu kebijakan kolektif pertahanan di artikel 5 perjanjian NATO.

Namun, Shirreff masih menilai, NATO masih belum siap untuk berperang langsung.

“Siap untuk skenario terburuk, berarti memobilisasi tentara cadangan. Itu berarti membangun kembali kemampuan yang terbuang selama bertahun-tahun pemotongan pertahanan,” katanya.

“Itu berarti membuat industri untuk siap memproduksi peluru artileri, peluru kendali anti-tank, dan rudal anti-pesawat. Tak hanya untuk mengganti yang diberikan ke Ukraina, tetapi juga membangun lagi untuk persediaan kami, karena telah mengalami kekurangan,” tambahnya.

 




Sumber : Newsweek




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x