KUALA LUMPUR, KOMPAS.TV - Ini adalah kisah sedih dari Malaysia yang saat ini sedang mengalami masa sulit. Negeri jiran ini mengalami krisis bahan pokok dan meroketnya inflasi yang membuat daya beli warga negaranya anjlok.
Namun seperti laporan Straits Times, Kamis (28/7/2022), masyarakat setempat memiliki cara menyiasati situasi agar kebutuhan tercukupi.
Petugas administrasi Muhammad Faizal Taib mengatakan dia berjuang dalam dua tahun terakhir untuk mendapatkan anggaran bulanan 250 ringgit Malaysia untuk makanan.
Tetapi itu berubah baru-baru ini, karena kemurahan hati beberapa operator makanan, yang sekarang menawarkan "makanan ekonomis" atau paket hemat, hanya dengan 3,50 ringgit atau setara 12 ribuan.
"Ini hanya sepiring nasi sederhana, beberapa sayuran dan protein, tetapi itu cukup untuk membuat saya kenyang tanpa membuat kantong saya jebol," katanya kepada The Straits Times.
Faizal termasuk di antara mereka yang mengandalkan makanan murah paket hemat yang ditawarkan oleh beberapa operator restoran dan kafetaria, yang memutuskan untuk membantu konsumen meringankan beban inflasi harga makanan.
Pada bulan Juni, inflasi negara itu meningkat 3,4 persen dari tahun sebelumnya, dipicu oleh kenaikan harga pangan.
Harga bahan makanan untuk makanan rumahan naik 6,1 persen, sementara makan di luar menjadi 6,6 persen lebih mahal, menurut data pemerintah yang dirilis Jumat lalu (22/7/2022).
Baca Juga: Usai Larang Ekspor Ayam, Malaysia akan Timbun Pasokan Ayam untuk Antisipasi Kelangkaan Dalam Negeri
Di antara bahan pokok dengan lonjakan harga tertinggi adalah roti canai (10,5 persen), nasi dengan lauk (9,7 persen), daging sapi matang (7,8 persen) dan hidangan mi (7 persen), kata laporan itu.
Meskipun biaya bahan baku meningkat, sebuah restoran di Selangor memutuskan untuk memperkenalkan "nasi inflasi" untuk membantu pelanggan meredam pukulan tersebut.
Dengan harga 5 ringgit atau 17 ribu rupiah, hidangan paket hemat terdiri dari nasi, sayur, telur, sambal sarden, dan segelas limun.
"Bertahun-tahun yang lalu, kami menawarkan 'nasi bujang' di restoran saudara kami, yang kami tutup sebelum Covid-19. Itu menjadi hit," kata Pak Iskandar Azaman, pemilik Kantin Sköhns, sebuah kafe yang menjual set hidangan western dan makanan nasi melayu.
"Sekarang, dengan kenaikan harga yang memengaruhi sebagian besar populasi, kami pikir itu harus kembali tetapi lebih baik. Jadi kami keluar dengan nasi inflasi," katanya.
"Nasi bujang biasa biasanya terdiri dari nasi, sup biasa, dan telur dadar tunggal, tidak cukup enak," kata Pak Iskandar.
Sumber : Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.