Gejolak itu menyebabkan protes berbulan-bulan, hampir memporak-porandakan dinasti politik Rajapaksa yang memerintah Sri Lanka selama sebagian besar dari dua dekade terakhir.
Kakak laki-laki presiden mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada bulan Mei setelah protes keras membuatnya lari mencari selamat di pangkalan angkatan laut.
Sebagian besar kemarahan publik diarahkan pada keluarga Rajapaksa. Massa pengunjuk rasa menyalahkan mereka karena menyeret Sri Lanka ke dalam kekacauan akibat manajemen yang buruk dan tuduhan korupsi.
Di kantor presiden, aparat keamanan berusaha menghentikan demonstran yang menerobos pagar untuk berlari melintasi halaman dan di dalam gedung era kolonial.
Baca Juga: Setelah Sri Lanka, Negara-Negara Ini Berisiko Tinggi Dilanda Krisis Ekonomi, Indonesia Termasuk?
Setidaknya 34 orang termasuk dua petugas polisi terluka dalam bentrokan ketika pengunjuk rasa mencoba memasuki kediaman.
Dua dari yang terluka berada dalam kondisi kritis sementara yang lain menderita luka ringan.
Ribuan pengunjuk rasa memasuki ibu kota dari pinggiran kota setelah polisi mencabut jam malam.
Dengan persediaan bahan bakar yang langka, banyak yang memadati bus dan kereta api untuk datang ke kota untuk memprotes, sementara yang lain pergi dengan sepeda dan berjalan kaki.
Para pemimpin kelompok pengunjuk rasa dan kelompok agama meminta Rajapaksa mundur, dengan mengatakan dia telah kehilangan mandat rakyat.
"Klaimnya bahwa dia dipilih oleh umat Buddha Sinhala tidak valid sekarang," kata Ven. Omalpe Sobitha, seorang pemimpin Buddhis terkemuka.
Dia mendesak Parlemen untuk segera bersidang untuk memilih presiden sementara, tetapi mengatakan Wickremesinghe tidak menikmati dukungan rakyat.
Baca Juga: Usai Sri Lanka, Kini Laos Minta Minyak Murah ke Rusia setelah Alami Krisis BBM
Bulan lalu, Wickremesinghe mengatakan ekonomi negara itu telah runtuh.
Dia mengatakan, negosiasi dengan IMF rumit karena Sri Lanka sekarang sudah bangkrut.
Pada bulan April, Sri Lanka mengumumkan menangguhkan pembayaran pinjaman luar negeri karena kekurangan mata uang asing.
Total utang luar negerinya berjumlah $51 miliar yang harus dibayar kembali $28 miliar pada akhir tahun 2027.
Polisi memberlakukan jam malam di Kolombo dan beberapa daerah perkotaan utama lainnya pada Jumat malam. Tetapi, polisi menarik diri hari Sabtu pagi di tengah keberatan oleh pengacara dan politisi oposisi yang menyebutnya ilegal.
Duta Besar AS untuk Sri Lanka Julie Chung hari Jumat meminta orang-orang untuk memprotes secara damai dan menyerukan kepada militer dan polisi "untuk memberikan ruang dan keamanan kepada pengunjuk rasa yang damai untuk melakukannya."
"Kekacauan dan kekuatan tidak akan memperbaiki ekonomi atau membawa stabilitas politik yang dibutuhkan Sri Lanka saat ini," kata Chung dalam sebuah twit.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.