Kremlin menggambarkan kepergian pasukan Rusia dari Pulau Ular sebagai "sikap niat baik" yang dimaksudkan untuk memfasilitasi pengiriman biji-bijian dan produk pertanian lainnya ke Afrika, Timur Tengah, dan bagian dunia lainnya.
Militer Ukraina mengeklaim, rentetan artileri dan misilnya memaksa Rusia melarikan diri dengan dua speedboat kecil. Jumlah pasti pasukan yang ditarik tidak diungkapkan.
Di Ukraina timur, pasukan Rusia terus merangsek dan mengepung benteng perlawanan terakhir di Luhansk, salah satu dari dua provinsi yang membentuk wilayah Donbas.
Gubernur Luhansk Serhiy Haidai mengatakan, Rusia berusaha mengepung kota Lysychansk dan berjuang untuk menguasai kilang minyak di tepi kota.
"Penembakan kota sangat intensif," kata Haidai kepada Associated Press.
"Para penjajah menghancurkan satu demi satu rumah dengan artileri berat dan senjata lainnya.
Penduduk Lysychansk bersembunyi di ruang bawah tanah hampir sepanjang waktu," kata Haidai.
Baca Juga: Jokowi Dukung Pangan Rusia dan Ukraina Kembali Masuk Rantai Pasok Dunia, Putin Jamin Keamanan Ekspor
Serangan itu sejauh ini gagal memutus jalur pasokan Ukraina, meskipun jalan raya utama menuju barat tidak digunakan karena tembakan Rusia terus-menerus, kata gubernur.
"Evakuasi tidak mungkin," tambahnya.
Namun, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov mengatakan pada Jumat, pasukan Luhansk kini menguasai kilang serta sebuah tambang dan pabrik gelatin di Lysychansk "selama tiga hari terakhir."
Kantor kepresidenan Ukraina mengatakan, serangkaian serangan Rusia dalam 24 jam terakhir juga menewaskan warga sipil di Ukraina timur - empat di wilayah timur laut Kharkiv dan empat lainnya di Provinsi Donetsk.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.