Keir Giles, pakar Rusia di lembaga wadah pemikir Chatham House yang berbasis di London, menyampaikan bahwa pasukan Rusia “mengonsentrasikan artilerinya di satu seksi di garis depan untuk melumat segala yang ada di depan dengan meratakan semuanya.”
Belakangan ini, serangan artileri Rusia memporak-porandakan Sievierodonetsk, Bakhmut, dan Lysychansk. Di Bakhmut, Minggu (12/6), serangan jarak jauh Rusia menghantam permukiman, sebuah hotel, dan fasilitas medis.
Lebih lanjut, Giles menyebut pasukan Ukraina bertahan dengan “fleksibel” dan kerap mengirim serangan balik.
“Ukraina telah menetapkan kebijakan pertahanan fleksibel, menyerahkan wilayah jika perlu daripada bersikeras mempertahankan setiap inci wilayahnya,” kata Giles.
Meskipun demikian, seorang pejabat tinggi Barat yang enggan diungkap namanya karena membicarakan isu sensitif, mengeklaim Moskow masih “amat bermasalah di segala lini.” Ia menyebut pasukan Rusia masih memerlukan “berpekan-pekan untuk mencapai tujuan taktis sederhana seperti merebut suatu desa.”
Rusia sendiri memiliki keunggulan jelas dari segi serangan jarak jauh dalam pertempuran Donbass. Moskow memiliki lebih banyak artileri howitzer dan peluncur roket dan punya amunisi melimpah. Sebaliknya, Ukraina mesti berhemat dalam menggunakan artileri.
Baca Juga: Perang Terus Berkecamuk, Presiden Ukraina Bangga Pasukannya Sukses Pertahankan Wilayah
Untuk menambal gap ini, Ukraina telah menerima bantuan persenjataan berat lebih banyak dari negara-negara Barat. Kiev dikirimi puluhan howitzer dan rencananya akan dipasok dengan sistem peluncur roket laras banyak (MLRS).
Rencana pengiriman MLRS ke Ukraina ditentang keras oleh Putin. Kata dia, jika Barat memberi Kiev roket jarak jauh yang bisa digunakan menyerang teritori Rusia, Moskow akan menyerang target yang sebelumnya tidak disentuh di Ukraina. Menteri Luar Negeri Rusia pun menyebut pihaknya bisa merespons dengan merampas lebih banyak wilayah.
Di Kherson dan Zaporizhzhia, Rusia dilaporkan mendorong pejabat setempat untuk mengakui aneksasi Rusia atau mendeklarasikan kemerdekaan seperti Donetsk dan Luhansk.
Seiring pertempuran Donbass, pejabat Ukraina serta analis Barat mengkhawatirkan bahwa Rusia berniat membelah wilayah Ukraina menjadi dua bagian. Ini bisa terjadi jika Rusia menyerang wilayah Dnipro yang terletak di tengah Ukraina.
“Tujuan Rusia dalam konteks perang ini beralih sehubungan situasi di lapangan,” kata Eleonora Tafuro Ambrosetti, analis asal Institut Studi Politik Internasional Italia.
Ambrosetti menambahkan, Rusia kemungkinan akan merusak ekonomi Ukraina lebih jauh dengan menguasai seluruh wilayah pesisir.
Sebelumnya, seorang jenderal papan atas Rusia telah membicarakan rencana memutus akses Ukraina dari Laut Hitam dengan merebut Mykolaiv, Odessa, lalu terus ke barat hingga mencapai perbatasan Rumania.
Operasi itu pun akan membuat koridor darat menuju Transnistria, wilayah separatis di Moldova yang memiliki pangkalan militer Rusia.
Untuk mencapai tujuan besar di atas, Moskow mesti meraih kesuksesan dalam pertempuran Donbass. Pada saat bersamaan, kemenangan tersebut juga akan melemahkan Ukraina karena mayoritas pasukan paling berpengalamannya berada di Donbass.
Baca Juga: Zelensky: Pertempuran di Severodonetsk Bakal Jadi Penentu Kemenangan Ukraina di Donbas
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.