KUALA LUMPUR, KOMPAS.TV- Malaysia akan memotong pajak ekspornya, untuk meningkatkan ekspor minyak kepala sawit atau CPO. Hal itu dilakukan, karena dunia tengah kekurangan pasokan CPO setelah Indonesia melarang ekspor CPO dan produk turunannya.
Menteri Industri dan Komoditas Perkebunan Malaysia Zuraida Kamaruddin mengatakan, usulan tersebut sudah diajukan kekementerian keuangan, yang telah membentuk sebuah komite untuk melihat rinciannya.
Selain pemotongan tarif pajak ekspor, usulan yang diajukan ke Kementerian Keuangan termasuk mempercepat pemotongan pajak untuk produsen minyak sawit yaitu FGV Holdings (FGVH.KL), yang merupakan terbesar di Malaysia, serta untuk perusahaan dengan produksi oleokimia di luar negeri.
Baca Juga: Garuda Ajukan Perpanjangan PKPU Lagi, Dirut Janji Ini yang Terakhir
"Malaysia, produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia setelah Indonesia, dapat memotong pajak menjadi 4 persen-6 persen dari saat ini 8 persen," kata Zubaidah seperti dikutip dari Antara, Rabu (11/5/2022).
"Pemotongan itu kemungkinan akan bersifat sementara dan keputusan dapat dibuat pada awal Juni. Dalam masa krisis ini, mungkin kita bisa sedikit melonggarkan agar lebih banyak minyak sawit yang bisa diekspor," tambahnya.
Selain memotong pajak ekspor, Malaysia juga akan menunda implementasi mandat biodieselnya. Program itu adalah mencampur CPO dengan solar guna menghasilkan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
Baca Juga: Larangan Ekspor CPO Indonesia Bikin India Kelimpungan, Malaysia Kebanjiran Permintaan
"Malaysia juga akan memperlambat implementasi mandat biodiesel B30, yang mengharuskan sebagian biodiesel negara dicampur dengan 30 persen minyak sawit, untuk memprioritaskan pasokan ke industri makanan," ujar Zuraida.
"Kita harus memprioritaskan untuk memberikan makanan kepada dunia terlebih dahulu," lanjutnya.
Pasokan minyak nabati global berkurang juga akibat invasi Rusia ke Ukraina, yang mengganggu pengiriman minyak bunga matahari.
Baca Juga: Terungkap! 34 Kontainer Minyak Goreng akan Diselundupkan ke Malaysia
Bukan hanya diolah menjadi minyak goreng, CPO dimanfaatkan untuk banyak kebutuhan lainnya. Seperti pembuatan kue hingga deterjen.
Menurut Zuraida, langkah yang akan ditempuh Malaysia itu juga atas permintaan negara-negara lain, yang sangat membutuhkan CPO seperti India, Iran dan Bangladesh. Mereka juga mengusulkan perdagangan barter.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.