LVIV, KOMPAS.TV - Oligark yang tengah berperan sebagai mediator Rusia-Ukraina sekaligus pemilik Chelsea FC, Roman Abramovich diduga diracun menggunakan senjata kimia. Selain Abramovich, dua negosiator Ukraina juga diduga diracun.
Wall Street Journal melaporkan bahwa Abramovich dan dua negosiator Ukraina menunjukkan tanda keracunan usai rapat di Kiev awal Maret lalu.
Surat kabar ini mengaku mewawancarai sumber anonim yang mengetahui peristiwa tersebut.
Beruntung, Abramovich dan dua negosiator Ukraina yang dimaksud dilaporkan telah pulih dan nyawanya tak terancam.
Menurut laporan Wall Street Journal, Abramovich menunjukkan gejala berupa kulit wajah dan tangan mengelupas, mata merah dan terasa menyakitkan, serta inflamasi kulit yang menyakitkan.
Bellingcat, kolektif investigator yang pernah menyelidiki peracunan Alexei Navalny dan Sergei Skripal oleh Rusia, melaporkan bahwa Abramovich, serta dua negosiator Ukraina merasakan gejala pada malam hari setelah pertemuan di Kiev pada 3 Maret 2022.
Menurut Bellingcat, gejala yang dialami tiga orang itu konsisten dengan keracunan senjata kimia.
Baca Juga: Kremlin Pastikan Abramovich Berperan dalam Proses Perundingan Damai Rusia dan Ukraina
Akan tetapi, menurut laporan Wall Street Journal, para ahli yang menyelidiki kasus ini gagal mendapatkan sampel dari ketiga korban tepat waktu.
Investigator Bellingcat yang memimpin penyelidikan, Christo Grozev menyebut gambar-gambar gejala yang dialami konsisten dengan keracunan senjata kimia.
Namun, kegagalan mendapat sampel tepat waktu membuat detail zat yang meracuni Abramovich tidak bisa diketahui.
Investigator yang tengah berada di Lviv, Ukraina tidak bisa mendapatkan sampel karena Abramovich dan tim negosiator terburu-buru bertolak ke Istanbul, Turki.
Kemudian, kasus keracunan ini diselidiki oleh tim ahli forensik dari Jerman.
Namun, banyaknya waktu yang terlewat membuat penyebab keracunan tidak bisa diketahui.
Hipotesis investigator menyebut gejala-gejala yang dialami Abramovich dan dua korban bisa disebabkan oleh agen biologis, kimia, atau serangan radiasi elektromagnetik.
Christo Grozev menyebut dugaan peracunan ini disengaja memberi efek yang tidak fatal.
“Itu tidak dimaksudkan untuk membunuh, melainkan untuk memperingatkan,” kata Grozev.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang juga bertemu Abramovich di Kiev disebut tak mengalami gejala apa pun.
Juru bicara Zelensky menyebut sang presiden tidak tahu-menahu soal insiden dugaan peracunan.
Pihak Ukraina menduga dalang peracunan adalah “kelompok garis keras” di Moskow yang ingin menyabotasi perundingan damai.
Sedangkan orang dekat Abramovich mengaku dalang yang mengincar kelompok negosiator belumlah jelas.
Sejak insiden keracunan ini, Abramovich dilaporkan telah terbang ke Lviv, Istanbul, dan berbagai tempat lain untuk keperluan negosiasi Rusia-Ukraina.
Pemilik Chelsea itu berupaya menjadi “mediator” di tengah konflik.
Presiden Zelensky sendiri telah meminta Abramovich jangan disanksi karena berperan dalam negosiasi Rusia-Ukraina.
Abramovich merupakan orang dekat Vladimir Putin sejak 1990-an.
Bahkan, Abramovich disebut sebagai orang pertama yang merekomendasikan Putin sebagai suksesor Boris Yeltsin.
Baca Juga: Jelang Perundingan, Presiden Ukraina Katakan Ingin Segera Damai dengan Rusia Tanpa Ditunda Lagi
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.