TEHERAN, KOMPAS.TV - Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengaku bertanggung jawab atas serangan rudal balistik ke Arbil, ibu kota wilayah Kurdi di bagian utara Irak pada Minggu (13/3/2022).
IRGC menyebut serangan tersebut menargetkan “pusat strategis” Israel di Arbil.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan, Minggu, IRGC mengisyaratkan bahwa operasi tersebut sebagai respons atas serangan udara Israel ke Damaskus, Suriah pada Senin (7/3/2022) lalu yang menewaskan dua anggota IRGC.
“Serangan apa pun yang diulangi oleh Israel akan ditanggapi dengan respons keras, tegas, dan destruktif,” bunyi pernyataan tersebut seperti dilansir Al Jazeera.
Stasiun televisi pemerintah Iran, Press TV, melaporkan, selusin rudal balistik menghantam pangkalan-pangkalan rahasia badan intelijen Israel, Mossad, di Arbil.
Press TV mengutip laporan yang menyebutkan beberapa mata-mata Israel tewas dalam serangan tersebut.
Baca Juga: 12 Rudal dari Wilayah Iran Hantam Arbil Irak, Diyakini Sasar Konsulat AS
Namun, Gubernur Arbil Omed Khoshnaw kepada wartawan mengatakan serangan tersebut menyasar gedung Konsulat Amerika Serikat (AS).
Menurut Kementerian Dalam Negeri Kurdi, serangan rudal tersebut hanya mengakibatkan kerusakan gedung konsulat dan melukai satu warga sipil.
Sementara seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS menyebut serangan tersebut “mengerikan” dan mengatakan tidak ada warganya yang terluka.
Masrour Barzani, perdana menteri Pemerintah Regional Kurdi (KRG), mengecam serangan tersebut.
“Arbil tidak akan tunduk pada pengecut. Saya mengecam keras serangan teroris terhadap beberapa tempat di Arbil,” ujarnya seperti dilansir Al Jazeera.
Pasukan AS yang ditempatkan di kompleks bandara internasional Arbil sebelumnya pernah menjadi sasaran serangan roket dan drone.
Baca Juga: Iran Beri Sanksi kepada 51 Pejabat AS atas Pembunuhan Qassem Soleimani, Kebanyakan dari Militer
Pejabat-pejabat AS menuding kelompok-kelompok bersenjata yang sehaluan dengan Iran berada di balik serangan-serangan tersebut.
Menurut Al Jazeera, serangan rudal balistik terakhir yang ditargetkan kepada pasukan AS di Irak terjadi pada Januari 2020.
Serangan tersebut merupakan balasan Iran atas pembunuhan komandan militernya, Qassem Soleimani, di bandara Baghdad dalam sebuah serangan drone yang dilakukan AS.
Irak dan Suriah kerap menjadi lokasi kekerasan antara AS dan Iran. Irak terus diguncang instabilitas sejak ISIL/ISIS pada 2017 dikalahkan pasukan koalisi Irak yang dipimpin AS dan didukung Iran.
Baca Juga: Rudal Israel di Suriah Tewaskan Dua Perwira Iran, Teheran Ikrarkan Pembalasan
Sumber : Al Jazeera/Press TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.