Pada Jumat (11/2) kemarin, AS pun dilaporkan menambah konsentrasi pasukan di kawasan Eropa Timur. Pentagon mengirim tambahan 3.000 pasukan ke Polandia. Sebelumnya, 1.700 tentara AS telah ditugaskan di sana.
AS juga mengalihkan 1.000 personel dari Jerman ke Ukraina. AS diketahui memiliki 80.000 pasukan di seantero Eropa dengan pos tugas yang tetap atau berstatus penerjunan rotasional.
Baca Juga: Pertemuan Bilateral Inggris dan Rusia Berlangsung Panas, Saling Serang Hingga Konferensi Pers
Akan tetapi, Presiden Joe Biden menyebut pasukan AS tidak akan terlibat secara langsung apabila perang terbuka terjadi di Ukraina.
Kementerian Luar Negeri Rusia kembali membantah eskalasi peringatan yang dilontarkan pejabat Washington. Sebelumnya, Kremlin telah berulangkali menyangkal pihaknya menyiapkan invasi.
Juru bicara Kemlu Rusia, Maria Zakharova mengklaim ancaman perang hanyalah imajinasi Anglo-Saxon saja. Anglo-Saxon yang dimaksud Zakharova merupakan istilah untuk merujuk bangsa-bangsa keturunan Inggris Kuno seperti Amerika Serikat, Inggris Raya, dan Kanada.
“Histeria dari Gedung Putih lebih indikatif daripada sebelumnya,” kata Zakharova.
“Bangsa Anglo-Saxon butuh perang. Tidak peduli harganya. Provokasi, misinformasi, dan ancaman adalah metode favorit menyelesaikan masalah mereka sendiri,” lanjutnya.
Adapun Rusia memperkuat konsentrasi pasukan dekat perbatasan Ukraina belakangan ini. Selain menaruh lebih dari 100.000 pasukan darat, Kremlin juga mengirim rudal, pasukan khusus, dan persediaan yang bisa dipakai untuk menyokong perang.
Baca Juga: Hadapi Ancaman Invasi Rusia, Pasukan Militer Ukraina Bersiap di Wilayah Perbatasan
Bahkan pada pekan ini, Rusia mengirimkan enam kapal serbu amfibi ke Laut Hitam, meningkatkan kapabilitas mereka dalam menerjunkan pasukan dari laut.
Sementara pada Kamis (10/2) lalu, Rusia pun menggelar latihan besar-besaran di Belarusia. Latihan ini rencananya digelar sampai akhir pekan depan.
Di lain sisi, Kremlin menuding pengiriman senjata ke Ukraina serta kehadiran NATO di Eropa Timur turut bertanggung jawab atas eskalasi situasi.
Menteri Pertahanan Rusia Sergi Shoigu menyoroti pengiriman pasukan Inggris Raya ke Ukraina baru-baru ini. Ia mempertanyakan untuk apa mereka dikirim dan akan berada di Ukraina berapa lama.
Krisis yang membayangi Rusia-Ukraina saat ini adalah buntut sengketa politik antarkedua negara sejak 2014. Hubungan Rusia-Ukraina menegang usai Presiden Viktor Yanukovych yang bersahabat dengan Kremlin dimakzulkan.
Kemudian, kelompok separatis bermunculan di timur Ukraina. Pasukan Rusia membantu Krimea referendum sebelum menganeksasinya.
Kremlin juga mendukung kelompok separatis yang mengobarkan perang di kawasan Donbass.
Perang terbuka di Ukraina sejak 2014 telah menewaskan lebih dari 14.000 orang. Konflik baru mereda usai Prancis dan Jerman memediasi persetujuan damai pada 2015.
Baca Juga: Rusia dan AS Bentrok di Sidang Dewan Keamanan PBB, Moskow Kecam Sanksi Sepihak Barat
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.