Usai pertemuan hari pertama, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, merilis pernyataan tentang pembicaraan kedua pihak.
“Partisipan pertemuan menyadari bahwa kemengertian dan kerja sama adalah satu-satunya solusi segala masalah di Afghanistan,” kata Mujahid.
“Setiap warga Afghanistan perlu bekerja sama untuk hasil politik, ekonomi, dan keamanan yang lebih baik di negara ini,” imbuhnya.
Baca Juga: Orang Tua Jual Anak demi Makanan, Buntut Ekstrem Krisis Afghanistan
Afghanistan sangat membutuhkan pencairan aset dan donor internasional untuk mengatasi krisis. Gara-gara krisis pasca-kudeta, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan sekitar satu juta anak-anak terancam kelaparan.
PBB sendiri telah mengupayakan pencairan segelintir aset dan memperbolehkan rezim Taliban melakukan aktivitas impor, termasuk untuk keperluan kelistrikan.
Di lain sisi, negara-negara Barat diketahui hendak mendesakkan agenda hak-hak perempuan sebagai ganti permintaan pencairan aset.
Barat juga dilaporkan meminta Taliban mengakomodasi etnis dan penganut agama minoritas di pemerintahan.
Menurut rilis Kementerian Luar Negeri AS, Washington akan berupaya mendesakkan “sistem politik representatif, respons darurat krisis ekonomi dan kemanusiaan, isu keamanan dan kontraterorisme, serta hak asasi manusia, khususnya hak pendidikan perempuan.”
Baca Juga: Kemlu Tegaskan RI Tak Akui Pemerintahan Taliban meski Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Afghanistan
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.