KABUL, KOMPAS.TV - Seorang polisi perempuan Afghanistan senior dikabarkan tengah dalam pelarian setelah negaranya dikuasai Taliban.
Adalah Gulafroz Ebtekar, mantan Wakil Kepala Investigasi Kriminal Kementerian Dalam Negeri Afghanistan yang berusaha lari dari negaranya.
Perempuan berusia 34 tahun itu sebelumnya dikenal luas dan menjadi sebuah sosok panutan bagi perempuan Afghanistan.
Ia telah menginspirasi puluhan perempuan Afghanistan untuk menjadi polisi.
Baca Juga: Pendukung Taliban Ledek AS, Inggris dan NATO dengan Arak-arakan Peti Mati
Namun, kembalinya Taliban sebagai penguasa Afghanistan, membuat Gulafroz memutuskan untuk pergi dari negaranya.
“Taliban menulis surat untuk saya, dan mereka mengatakan saya seharusnya tak bekerja untuk kepolisian,” ujarnya dilansir dari Daily Star, Rabu (1/9/2021).
“Mereka juga mengatakan saya tak memiliki hak untuk mendeklarasikan hak-hak perempuan,” tambahnya.
Gulafroz pun meyakini bahwa Taliban tak akan berubah, setelah mereka kembali berkuasa.
Mereka tak setuju dengan perempuan bekerja, berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan merasakan kebebasan,” tambahnya.
Oleh sebab itu, Gulafroz sempat berusaha keluar ketika Taliban belum mengontrol penuh Afghanistan.
Baca Juga: Taliban Gelar Parade Kemenangan Pakai Senjata Tempur Milik AS
Ia sempat tiba di kamp pengungsian yang dijaga militer Amerika Serikat (AS).
Namun serangan bom bunuh diri di Bandara Kabul, membuat rencana pelariannya berentakan.
Tentara AS tak bisa membantunya, dan permohonan pertolongan ke Kedutaan Besar Rusia juga ditolak.
Dikutip dari New York Post, Gulafroz mengatakan dirinya saat ini tengah dicari Taliban.
Ia mengatakan ibunya memberitahu bahwa Taliban datang ke rumahnya ketika ia pergi ke luar.
Ketika ia berusaha kembali ke Bandara Kabul, anggota Taliban memukulinya.
Baca Juga: Dikepung Taliban, Pasukan Anti-Taliban Bersumpah Pertahankan Panjshir hingga Tetes Darah Terakhir
“Taliban beraksi seperti ini. Pertama mereka memukuli, dan membiarkan Anda pergi. Maju satu atau dua langkah, Anda harus membayarnya,” kata Gulafroz.
“Mereka memukuli saya dengan tangan, sepatu bot, senjata dan bahkan batu,” tambahnya.
Ia pun kini mengaku tak tahu lagi apa yang harus dilakukan untuk bisa keluar dari Afghanistan.
Apalagi, militer AS dan juga negara-negara barat lainnya telah meninggalkan Kabul, Selasa (31/8/2021).
Sumber : Daily Star/New York Post
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.