Patriarki dan Agama
Shazia Khan, seorang aktivis di Lahore, meyakini, dalam kasus-kasus tertentu, lelaki merasa didukung oleh ajaran agama.
“Ulama-ulama Islam menafsirkan agama dengan cara yang mengesankan bahwa lelaki diperbolehkan memukuli perempuan. Mereka juga mendukung pernikahan di bawah umur dan mengatakan pada para perempuan untuk mematuhi suami mereka, bahkan jika suami mereka kasar sekalipun,” tuturnya, seraya melanjutkan, “Ulama-ulama macam ini sebenarnya mendorong lelaki untuk melakukan kekerasan terhadap perempuan.”
Korban Justru Disalahkan
Banyak para aktivis HAM di Pakistan menyalahkan Perdana Menteri (PM) Imran Khan lantaran justru kerap menyalahkan korban atas meningkatnya kekerasan terhadap perempuan di negara itu.
Bulan lalu, PM konservatif Pakistan itu menuai kemarahan publik menyusul komentarnya yang tampaknya justru menyudutkan korban atas kekerasan seksual yang menimpa para perempuan.
“Jika seorang perempuan mengenakan pakaian yang minim, ini tentu akan berdampak pada lelaki, kecuali mereka robot,” ujarnya dalam sebuah wawancara untuk serial berita-dokumenter Axios yang ditayangkan di HBO. Menurut Khan, ini merupakan sebuah kewajaran.
Pada awal tahun ini, ia juga melontarkan komentar serupa dalam sebuah sesi tanya jawab publik. Ia menuding bahwa meningkatnya kekerasan seksual di Pakistan terjadi karena kurangnya “pardah”, praktik berjilbab, di negara itu.
“PM Khan dan para menterinya terus melontarkan komentar-komentar antiperempuan yang mendorong misogini – kebencian terhadap perempuan –, dan kekerasan terhadap perempuan di Pakistan,” sergah aktivis Shazia Khan.
Mantan anggota dewan Lehri meyakini, pemerintahan Khan belum melakukan apa pun untuk melindungi perempuan. Pemerintah malah mengirimkan Rancangan Undang-Undang (RUU) untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan pada ulama-ulama Islam, yang justru menahan RUU itu.
Kalangan Konservatif Menyalahkan Budaya Barat
Serupa dengan PM Khan, kalangan konservatif Pakistan pun menyalahkan budaya Barat atas kekerasan fisik dan seksual terhadap perempuan.
Mantan anggota parlemen Samia Rahell Qazi mengatakan, insiden kekerasan terhadap perempuan yang baru-baru ini terjadi melibatkan orang-orang yang telah meninggalkan ajaran agama Islam.
Baca Juga: Ini Motif Tersangka Pemenggalan Noor Mukadam yang Miliki 2 Kewarganegaraan
“Pada kasus Noor Mukadam, tersangka pelakunya adalah seorang atheis berpikiran Barat,” ujarnya.
Ia mengimbuhkan, melemahnya sistem keluarga di tengah gempuran budaya Barat di Pakistan bertanggung jawab atas kejahatan-kejahatan ini.
Anggota parlemen Kishwar Zehra menyetujui pandangan ini. “Kita harus menghidupkan kembali nilai-nilai keluarga kita untuk menghentikan kejahatan-kejahatan ini,” pungkasnya.
Sumber : DW
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.