MOSKWA, KOMPAS.TV - Rusia akan segera melakukan uji coba peluru kendali hipersonik baru mereka yang diberi nama RS-28 Sarmat, atau dijuluki oleh pesaing mereka dunia barat sebagai peluru kendali Satan-2.
Seperti dilaporkan The Sun, Jumat, (07/08/2021), peluru kendali itu diklaim terbang pada kecepatan hipersonik, yaitu 15.880 mil per jam.
Tidak ada sistem pertahanan udara di dunia, sejauh ini, yang bisa mengadang peluru kendali tersebut. Alasannya, karena terlalu cepat untuk dicegat dengan rudal apa pun yang ada saat ini.
Rusia menganggap latihan peluncuran rudal Sarmat ini sebagai sinyal peringatan kepada NATO yang dianggap "memprovokasi konflik", karena melakukan latihan perang di Laut Hitam.
Senjata nuklir hipersonik baru Rusia itu digadang tidak dapat dihindari oleh perisai pertahanan militer Amerika Serikat dan dapat menghancurkan area seluas Inggris dan Wales atau Texas. Bayangkan!
Rusia memastikan pada hari Jumat (06/08/2021) uji coba peluncuran rudal balistik antarbenua yang berbobot 208 ton itu akan segera dimulai sebelum akhir 2021.
Senjata nuklir hipersonik baru milik Rusia itu adalah generasi kelima dari rudal balistik antarbenua dengan propelan cair berbasis silo, yang disebut RS-28 Sarmat, tetapi dijuluki di Barat sebagai Satan-2.
Rudal Sarmat adalah salah satu dari enam senjata strategis Rusia baru yang diluncurkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada 1 Maret 2018. RS-28 Sarmat diharapkan mulai beroperasi pada 2022.
Seperti laporan The Sun hari Jumat (06/08/2021), pengumuman mengejutkan dari Rusia itu muncul beberapa hari setelah dipantau ada lebih dari 2.000 tentara dan 30 kapal, termasuk dari Inggris, yang ambil bagian dalam latihan NATO Breeze 2021 di Laut Hitam.
Peluru kendali berkecepatan 15.880 mph itu akan menjadi senjata mematikan terbesar dalam persenjataan nuklir modern Vladimir Putin. Jika uji coba berhasil, rudal balistik antarbenua itu akan membantu memperkuat pertahanan Rusia paling cepat pada 2022.
Baca Juga: Rusia Berhasil Uji Tembak Presisi Sistem Peluru Kendali S-500 Prometheus
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan, "Tes penerbangan tahun ini dan harus selesai pada 2022."
“Pada tahun 2022, batch pertama harus memasuki layanan dengan pasukan rudal strategis,” ucap Shoigu.
Saling tuduh sejak pencaplokan Krimea oleh Rusia yang dianggap ilegal dan tidak sah dunia Barat membuat NATO meningkatkan operasinya di Laut Hitam.
Baca Juga: Meski Kecam Insiden Laut Hitam sebagai Provokasi, Putin Yakin Tak akan Picu Perang Dunia ke-3
Kapal-kapal perang NATO secara rutin hilir mudik di Laut Hitam, sesuai dengan hukum internasional, biasanya berpatroli di perairan internasional selama sekitar dua pertiga tahun.
Yuri Pilipson, direktur Departemen Eropa Keempat di Kementerian Pertahanan Rusia kepada Ria Novosti hari Kamis (05/08/2021) mengatakan, Laut Hitam saat ini sudah tidak kondusif.
"Sayangnya, kita harus mengakui Laut Hitam berubah dari wilayah damai dan bertetangga baik menjadi zona konfrontasi militer yang berbahaya," ujar Pilipson.
"Sangat jelas bahwa 'pelatihan' semacam ini memprovokasi, bukannya mencegah situasi konflik," ucapnya.
“Kami telah berulang kali memperingatkan eskalasi konflik militer-politik langsung di perbatasan kami akan membawa serta tuduhan konfrontatif,” ungkapnya.
Kapal selam nuklir dengan peluru kendali hipersonik zirkon milik Rusia lantas menjalankan misi "penetrasi dalam" hingga lebih dari 500 meter di Samudra Atlantik.
Sumber : The Sun
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.