MANILA, KOMPAS.TV - Filipina hari ini memakamkan abu mantan presiden Filipina Benigno Aquino III dengan upacara kenegaraan di pemakaman khusus di Manila hari Sabtu (26/06/2021) di samping makam orang tuanya, dua ikon demokrasi negara Asia Tenggara itu, seperti dilansir Antara, Sabtu.
Ratusan pelayat berpakaian hitam dan putih, beberapa mengenakan pakaian kuning, pita dan masker wajah, menghadiri misa dan upacara pemakaman.
Warna kuning adalah salah satu identitas politik keluarga Aquino dan revolusi 1986 yang menggulingkan Ferdinand Marcos.
Benigno Aquino III, presiden dari 2010 hingga 2016, meninggal pada usia 61 di sebuah rumah sakit Manila hari Kamis kemarin karena gagal ginjal akibat diabetes.
"Untuk pria yang sangat kami syukuri sebagai saudara kami, kami akan selamanya bangga padamu, terima kasih, kami merindukanmu dan mencintaimu," kata Maria Elena Aquino-Cruz, kakak perempuan Aquino, pada misa pemakaman. "Untuk kalian semua, bos Noy, terima kasih."
Jenazah Aquino dikremasi hari Kamis, kemudia ribuan orang berbaris untuk melayat di sebuah gereja di tempatnya kuliah, Universitas Ateneo de Manila, pada hari Jumat (25/06/2021).
Warga Filipina berbaris di sepanjang jalan untuk memberi penghormatan selama satu jam konvoi puluhan kendaraan dari Universitas Ateneo de Manila, ke pemakaman di selatan ibu kota.
Baca Juga: Mantan Presiden Filipina Benigno Aquino Meninggal di Usia 61 Tahun, Rakyat Berduka
Tentara menembakkan 21 kali tembakan meriam kehormatan dan sebuah helikopter menghujani bunga kuning. Di kediaman Aquino di jantung ibu kota, para pendukung meninggalkan bunga krisan, lonceng kuning, dan bunga matahari untuk mendiang pemimpin itu.
Di antara mereka yang memberi hormat kepada Aquino adalah wakil presiden dan sekutu politik Leni Robredo, serta teman-teman dekat.
Sebagian besar massa pelayat dihadang di pintu masuk pemakaman untuk mencegah kerumunan massal dan penyebaran Covid-19.
"Saya menghormati seorang pemimpin yang rendah hati dan memberikan cinta sejati untuk negara, rakyat, dan Tuhan," kata Thelma Chua, 64, yang mengenakan kemeja kuning saat pemakaman, kepada Reuters yang dikutip Antara.
"Saya berdoa untuk keluarga lain dengan sikap seperti Noy dan orangtuanya yang akan memperjuangkan kebenaran, keadilan, kesetiaan, cinta kepada Tuhan dan negara."
Dikenal populer sebagai Noynoy, Aquino meraih dukungan publik ke tampuk kursi kepresidenan setelah wafatnya sang ibu pada 2009, pemimpin "People's Power" yang dihormati, Corazon Aquino yang menjadi presiden dari 1986 hingga 1992.
Ayahnya yang memiliki nama sama, yaitu Benigno Aquino Jr, adalah musuh politik mantan diktator Ferdinand Marcos, dibunuh tahun 1983 saat turun dari pesawat yang membawanya pulang dari pengasingan politik.
Sang ayah adalah tokoh yang menanam benih revolusi People's Power 1986 yang menjatuhkan Ferdinand Marcos dari jabatan sebagai presiden Filipina.
Sebagai presiden, Aquino muda memimpin untuk menghilangkan citra Filipina sebagai "orang sakit Asia" melalui pemerintahan yang lebih baik dan pertumbuhan ekonomi yang kuat.
Dia menantang klaim Beijing atas Laut China Selatan di hadapan pengadilan arbitrase di Den Haag pada 2013.
Presiden Rodrigo Duterte tidak menghadiri pemakaman tersebut. Dia menyatakan masa berkabung selama 10 hari, dengan bendera nasional di gedung-gedung pemerintah berkibar setengah tiang.
Aquino, yang menjalani kehidupan pribadi setelah mengundurkan diri, meninggalkan empat saudara perempuan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.