“Raja Bhutan telah bepergian ke area perbatasan yang sangat berbahaya untuk mengawasi penerapan pencegahan Covid-19 dan memastikan tindakan terbaik telah dijalankan sesuai sumber daya yang ada,” puji perwakilan WHO di Bhutan, Rui Paulo de Jesus.
Melansir The Atlantic, Bhutan hanya memiliki 337 dokter dan total 3.000 tenaga kesehatan.
Sementara, mereka miliki penduduk berjumlah sekira 760 ribu orang.
Secara proporsi, Indonesia dan Bhutan memiliki rasio yang sama antara dokter dengan jumlah penduduk, yaitu 0,4 per 1.000 orang.
Letak Bhutan pun berbatasan dengan India yang mengalami tsunami Covid-19.
Namun, Bhutan berhasil menekan kasus Covid-19 hingga ‘hanya’ satu orang yang meninggal karena terjangkit Corona.
Warga Bhutan itu meninggal pada 7 Januari 2021, setahun lebih setelah pandemi mulai melanda.
Selain dedikasi Raja Bhutan, pemerintah negara itu juga bertindak cepat menghadapi pandemi Covid-19.
China melaporkan pandemi Covid-19 ke WHO pada 31 Desember 2019.
Pada 11 Januari 2020, Bhutan segera menyusun Rencana Penanganan dan Persiapan Nasional untuk menghadapi pandemi.
Empat hari kemudian, Bhutan mulai melakukan screening untuk memastikan tidak ada penderita penyakit pernapasan di antara pendatang yang tiba di bandara mereka.
Baca Juga: Presiden Jokowi Geser Jubir Fadjroel Rachman Jadi Dubes di Khazakstan
Pada 6 Maret 2020, Bhutan menemukan kasus pertama Covid-19 dari turis Amerika Serikat.
Enam jam kemudian, mereka berhasil melacak dan mengisolasi 300 orang yang sempat berkontak dengan turis itu.
Kini, sejumlah daerah di Bhutan masih menerapkan lockdown atau karantina wilayah.
Sementara, lebih dari 90% penduduk Bhutan, termasuk rajanya telah menerima satu dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Karena kekurangan stok, Perdana Menteri Tshering mengatakan, negara itu akan mencari persediaan vaksin Covid-19 merek lainnya untuk vaksinasi tahap kedua.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.