MOSKOW, KOMPAS.TV - Pemerintah Rusia pada Rabu (23/6/2021) mengatakan pihaknya melepaskan tembakan peringatan ke kapal perusak angkatan laut Inggris di Laut Hitam setelah melanggar wilayah perairan negara itu. Namun pihak Inggris membantah insiden tersebut.
Melansir France24, Rabu (23/6/2021), insiden yang melibatkan pesawat dan kapal angkatan laut Barat tidak jarang terjadi di perbatasan Rusia. Terutama selama ketegangan yang meningkat dengan Washington, Brussel, dan London. Namun jarang mengakibatkan tembakan terbuka.
"Kapal angkatan laut Inggris HMS Defender diberi peringatan awal bahwa senjata akan digunakan jika perbatasan negara Federasi Rusia dilanggar. Kapal itu tidak bereaksi terhadap peringatan itu," kata kementerian pertahanan Rusia, seperti dikutip kantor berita Interfax.
Kementerian pertahanan Rusia menambahkan, sebuah kapal patroli perbatasan melepaskan tembakan peringatan dan sebuah pesawat Su-24 menjatuhkan empat bom di sepanjang jalur perusak. Dikatakan kapal itu kemudian meninggalkan perairan Rusia.
Namun kementerian pertahanan Inggris dengan cepat membantah insiden itu terjadi sama sekali.
"Tidak ada tembakan peringatan yang ditembakkan ke HMS Defender. Kapal Angkatan Laut Kerajaan sedang melakukan lintas damai melalui perairan teritorial Ukraina sesuai dengan hukum internasional," kata kementerian itu.
Baca Juga: Kala Rusia Penasaran Saat Kapal Induk Terbaru Inggris Ikut Operasi Perangi ISIS: Angkut Jet F-35
London mengatakan pihaknya yakin Rusia melakukan latihan meriam dan telah memberikan peringatan sebelumnya tentang aktivitasnya.
Setelah mengumumkan telah melepaskan tembakan peringatan ke HMS Defender, kementerian pertahanan Rusia memanggil atase militer Inggris, seperti dilansir Interfax dan dikutip France24.
Menurut Moskow, insiden itu terjadi di lepas pantai Tanjung Fiolent di Krimea, yang dicaplok Rusia dari Ukraina pada 2014, juga mengklaim perairan pantai semenanjung itu.
Angkatan Laut Kerajaan Inggris mengatakan awal bulan ini bahwa HMS Defender telah menjauh dari gugus tugas serangannya yang melakukan operasi NATO di Mediterania untuk melaksanakan serangkaian misinya sendiri di Laut Hitam.
Pada hari Rabu, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa HMS Defender telah melakukan transit rutin dari Odesa menuju Georgia melintasi Laut Hitam.
Baca Juga: Kapal Induk Terbaru dan Terbesar Milik Inggris, HMS Queen Elizabeth Mulai Unjuk Gigi Lawan ISIS
Sebelumnya pada hari Rabu, Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia khawatir tentang penebalan militer NATO di dekat perbatasan Rusia.
Berbicara pada konferensi keamanan internasional di Moskow, Putin mengatakan aliansi NATO menolak untuk secara konstruktif mempertimbangkan proposal kami untuk mengurangi ketegangan dan mengurangi risiko insiden yang tidak terduga.
Amerika Serikat secara berkala mengirim kapal perang ke wilayah Crimea untuk menunjukkan dukungan bagi Ukraina, sebuah tindakan yang sering kali menuai protes dari Rusia.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba pada hari Rabu mengecam kebijakan agresif dan provokatif Rusia di wilayah Laut Hitam, menggambarkannya di Twitter sebagai "ancaman konstan" bagi Kiev dan sekutunya.
Pada puncak ketegangan di Ukraina musim semi ini setelah Rusia menggelar pasukan secara besar-besaran di perbatasannya dan di Crimea, kemudian Moskow meningkatkan latihan militer di Laut Hitam yang membuat Washington memperingatkan akan mengirim dua kapal perang.
Baca Juga: Sering Tegang Dengan Rusia, Ukraina Terima Bantuan Militer 150 Juta Dollar dari Amerika Serikat
Kapal-kapal AS itu tidak pernah dikirim, karena Rusia menarik kembali pasukannya dan ketegangan mereda.
Pada saat itu, Rusia juga mengancam akan menutup sebagian Laut Hitam, yang akan memengaruhi akses ke pelabuhan Ukraina di Laut Azov yang terhubung ke Laut Hitam melalui Selat Kerch di ujung timur Krimea.
Ukraina selama ini bebas menggunakan jalur laut Selat Kerch, yang memiliki kepentingan krusial bagi Kiev untuk mengekspor biji-bijian dan baja bersama dengan Rusia hingga 2014, ketika Moskow mengklaim kendali penuh atas jalur air tersebut setelah mencaplok Krimea.
"Menurut hukum internasional, tentu saja, perairan Crimea bukan milik Rusia, karena aneksasi itu tidak diakui," kata Mark Galeotti, seorang profesor studi Rusia di University College London, di Twitter, Rabu.
"Untuk menegaskan kembali hukum atas perampasan darat dan laut, terus melewati perairan itu tanpa terlalu provokatif adalah cara yang penting." tutur Galeotti.
Ketegangan paling serius baru-baru ini di perairan itu terjadi pada November 2018, ketika pasukan Rusia naik dan mengambil alih tiga kapal saat mereka menuju Selat Kerch.
Rusia menangkap 24 pelaut Ukraina sebagai bagian dari penyitaan, lalu mengembalikan mereka ke Ukraina sebagai bagian dari pertukaran tahanan pada September 2019.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.