TERUSAN SUEZ, KOMPAS.TV – Sejak dibuka pada tahun 1896, Terusan Suez di Mesir telah menjadi sumber kebanggaan nasional dan fokus konflik internasional. Kanal yang menghubungkan Laut Merah dan Laut Mediterania melalui sebuah jalur sempit ini merupakan salah satu jalan pintas maritim terbaik dunia, karena mampu memangkas jarak perjalanan Asia – Eropa hingga ribuan kilometer.
Kini, Terusan Suez kembali menjadi sorotan dunia karena kandasnya kapal kargo raksasa Ever Given di jalur tunggal bagian selatan kanal ini sejak Selasa (23/3/2021). Insiden ini membuat lalu lintas kanal – yang transaksinya mencapai hingga USD9 miliar (atau setara dengan Rp130 triliun) per hari – terhenti, dan mengganggu jaringan pengiriman global yang sudah terdampak pandemi Covid-19.
Ratusan kapal yang menanti untuk melintasi kanal ini menumpuk dalam kemacetan kolosal. Memutari Tanjung Harapan di ujung selatan benua Afrika jadi salah satu pilihan yang layak dipertimbangkan bagi ratusan kapal-kapal ini.
Baca Juga: Viral Truk Kontainer Evergreen Blok Jalan Tol, Netizen Sebut Mirip Kapal Kargo di Terusan Suez
Hampir sekitar 19.000 kapal melintasi Terusan Suez tahun lalu, mengangkut lebih dari 10% muatan perdagangan dunia, termasuk 7% pasokan minyak dunia. Kendati penutupan kanal selama ini belum pernah terjadi sebelumnya, gangguan semacam ini sebenarnya bukan hal baru.
Berikut sejumlah insiden yang pernah terjadi di Terusan Suez seperti dirangkum dari The Associated Press, Minggu (28/3/2021):
Krisis Suez
Pada tahun 1956, Presiden Mesir saat itu, Gamal Abdel Nasser menasionalisasikan Terusan Suez. Peristiwa yang dirayakan oleh rakyat Mesir sebagai simbol pemberontakan atas imperialisme Eropa ini mendorong Inggris, Prancis dan Israel untuk melakukan intervensi militer dan menduduki wilayah kanal.
Selagi perang berkecamuk, kapal-kapal yang tenggelam pun menyumbat kanal selama berbulan-bulan. Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet, yang terang-terangan menentang invasi, akhirnya memaksa ketiga negara itu untuk mundur.
Mesir dapat kembali membuka kanal pada Maret 1957, dan kawasan sekitar Mesir memaknai peristiwa ini sebagai kemenangan bagi nasionalisme negara-negara Arab.
Perang Timur Tengah Tahun 1967
Satu dekade kemudian, saat pecah perang Timur Tengah di tahun 1967, Mesir menutup Terusan Suez bagi pengiriman internasional saat tentara Israel menyerang kawasan kanal dan menduduki Semenanjung Sinai. Kali ini, kanal ditutup selama 8 tahun.
Banyaknya ranjau, bom dan kapal yang tenggelam saat itu, membuat jalur air itu menjelma menjadi semacam benteng parit dalam perang. Hanya setelah melalui rangkaian pembicaraan damai dengan Israel-lah, pengganti Nasser, yakni Presiden Mesir Anwar Sadat, bisa membuka kembali jalur air itu di tahun 1975.
Baca Juga: 320 Kapal Menumpuk di Terusan Suez, Dua Tugboat Tambahan Dikerahkan untuk Mengeluarkan Ever Given
Selama penutupan, lebih dari selusin kapal kargo terdampar di tengah-tengah kanal di Danau Bitter Besar. Penutupan kanal pada waktu itu menimbulkan kerugian perdagangan yang hilang dan ongkos kirim yang meroket hingga senilai USD1,7 miliar (atau setara dengan Rp24 triliun) bagi dunia. Mesir sendiri kehilangan pendapatannya senilai USD250 juta (atau setara Rp3,6 triliun).
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.