YEREVAN, KOMPAS.TV - Militer Armenia melakukan manuver mengejutkan dengan meminta Perdana Menteri Nikol Pashinyan untuk mundur dari jabatannya.
Hal itu merupakan buntut dari pemecatan Kepala Staf Militer, Onik Gasparyan, serta wakilnya, Tiran Khacharyan.
Khacharyan sebelumnya menepis klaim Pashinyan, bahwa rudal Iskander yang disuplai Rysia, gagal mencapai target saat pertempuran di Nagorno-Karabakh.
Baca Juga: Terekam Berhubungan Seks di Taman Umum Dekat Anak-anak Bermain, Pasangan Ini Dicari Polisi
“Perdana Menteri dan Pemerintah tak mampu membuat keputusan yang masuk akal,” bunyi pernyataan militer kepada Armenpress, Kamis (25/2/2021).
“Untuk waktu lama, militer Armenia bertoleransi dengan serangan dari pemerintah berkuasa yang ditujukan kepada angkatan bersenjata. Namun, semuanya memiliki batas,” tambahnya.
Hal ini jelas semakin membuat Pashinyan kian terdesak. Apalagi, dia juga mendapat tekanan dari oposisi untuk mundur setelah kegagalan di Nagorno-Karabakh.
Baca Juga: Terbakar Emosi, Pria Ini Mengebiri Selingkuhan Istrinya
Warga Armenia menunjukkan kekecewaan setelah Pashinyan memutuskan memberikan sejumlah daerah di sekitar Nagorno-Karabakh kepada Azerbaijan.
Menurut militer, Pemerintahan Pashinyan membuat begitu banyak kesalahan terkait kebijakan luar negeri, yang membuat Armenia berada di ambang kehancuran.
Baca Juga: Waduh, Varian Baru Covid-19 yang Mewabah di New York Diyakini Bisa Lemahkan Efektivitas Vaksin
“Militer selalu bersama rakyat, seperti rakyat yang juga selalu bersama dengannya,” tambah pernyataan tersebut.
Pashinyan pun bereaksi dengan ancaman tersebut dan menyatakan militer berusaha melakukan kudeta terhadap dirinya.
Dia pun mengimbau pendukungnya untuk berkumpul di Lapangan Republik, Yerevan sebagai bentuk dukungan.
Baca Juga: Umumkan China Berhasil Berantas Kemiskinan, Xi Jinping: Keajaiban yang Akan Dicatat Sejarah
Sementara itu, Presiden Armenia, Armen Sargsyan menegaskan dirinya akan mengambil langkap penting untuk mengakhiri krisis politik.
Dia pun meminta semua pihak untuk berpikir jernih dan bisa mengendalikan diri.
Jika militer Armenia melakukan kudeta, maka pada bulan ini akan terjadi dua kudeta militer di seluruh negara.
Baca Juga: Tanah Longsor Hantam Kuburan, Ratusan Jasad dan Peti Mati Jatuh ke Laut
Sebelumnya, junta militer Myanmar telah melakukan kudeta pada 1 Februari lalu dengan menangkapi perangkat pemerintah yang sah.
Selain menangkap pemimpin partai berkuasa Aung San Suu Kyi, junta militer juga menangkap Presiden Win Myint dan sejumlah pemimpin lainnya.
Hingga kini Myanmar masih dilanda kisruh dan terjadinya unjuk rasa yang hingga kini masih terjadi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.