NAIROBI, KOMPAS.TV - Kenya pada Kamis (14/01/2021) mengumumkan negara tersebut berhasil menciptakan dua embrio baru dari Badak Putih Utara (Ceratotherium simum cottoni) seiring upaya untuk mencegah kepunahan mamalia darat ikonik itu yang mulai membuahkan hasil, demikian dilansir Xinhua (15/01/2021)
Sebuah konsorsium ilmuwan dan konservasionis internasional yang terlibat dalam upaya pemulihan populasi badak putih utara melalui reproduksi berbantu (assisted reproductive technology) mengatakan pembentukan dua embrio itu berhasil dirampungkan pada akhir Desember lalu.
"Atas nama rakyat dan pemerintah Kenya, saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengapresiasi kemajuan yang dicapai sejauh ini oleh tim gabungan para ilmuwan Kenya dan internasional, yang bekerja untuk menyelamatkan badak putih utara langka dari kepunahan," ujar Najib Balala, Sekretaris Kabinet Bidang Margasatwa dan Pariwisata Kenya, dalam pernyataan gabungan yang dirilis di Nairobi.
Baca Juga: Cegah Kepunahan, Lembaga Konservasi Lakukan Pengembangbiakan Harimau Sumatera
Balala menuturkan bahwa Kenya telah menciptakan lingkungan yang memungkinkan para ilmuwan lokal maupun internasional memanfaatkan teknologi reproduksi berbantu (assisted reproductive technology) yang mutakhir dan meningkatkan populasi badak putih utara.
"Kita harus melakukan segala upaya yang mungkin dilakukan demi menyelamatkan spesies ini dari kepunahan," kata Balala.
"Saya senang dunia mendapat kesempatan melalui penggunaan teknologi mutakhir dan inovatif untuk menyelamatkan spesies margasatwa yang terancam punah ini untuk generasi mendatang, dan bahwa Kenya memainkan peran dalam upaya pelestarian yang krusial ini," imbuhnya.
Baca Juga: Katak Kantong Buah Zakar Terancam Punah, Situs Porno Ini Galang Dana untuk Pelestarian
Pada Desember 2020, para ilmuwan mengambil 14 sel telur (oosit) dari ovarium milik satu dari dua badak putih utara betina yang tersisa bernama Fatu, yang tinggal di Cagar Alam OlPejeta di Kenya utara.
Sel-sel telur itu diinkubasi di sebuah laboratorium di Eropa dan delapan di antaranya dibuahi dengan sperma yang dicairkan dari seekor badak putih utara jantan yang sudah mati bernama Suni.
Dua oosit berkembang menjadi embrio utuh dan saat ini disimpan di dalam nitrogen cair bersama tiga lainnya yang dihasilkan dalam prosedur sebelumnya, sembari menunggu proses pemindahan ke dalam rahim sejumlah badak putih selatan yang menjadi induk pengganti.
Baca Juga: Indonesia Bakal Punah?
Pernyataan dari konsorsium ilmuwan dan konservasionis itu menyebutkan bahwa tidak ada embrio yang dihasilkan dari oosit milik badak putih utara lainnya yang bernama Najin (induk Fatu) akibat usianya yang sudah tua.
"Selain itu, badak berusia 31 tahun tersebut (Najin) memiliki tumor besar di perutnya, yang saat ini tidak menimbulkan masalah kesehatan akut, tetapi dapat menghambat fungsionalitas organ-organ reproduksi," papar para ilmuwan.
Lebih lanjut, para ilmuwan menyebutkan bahwa proses pengambilan sel telur dari badak putih utara betina itu mengalami kendala pada 2020 di tengah pandemi COVID-19, namun diperkirakan berjalan lancar di akhir tahun tersebut.
Menurut para ilmuwan, tahap selanjutnya dalam program penyelamatan badak putih utara akan melibatkan pengawasan siklus reproduksi induk pengganti guna menjamin proses ini berjalan mulus.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.