YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Meski belum berakhir, pandemi Covid-19 saat ini sudah semakin tertangani dengan baik karena gencarnya vaksinasi serta pengetahuan terkait protokol kesehatan di tengah masyarakat.
Kini, meski jumlah kasus Covid-19 di beberapa wilayah cenderung meningkat, banyak orang yang sudah merindukan berwisata bersama keluarga atau kerabat.
Per 17 Juli 2022, pemerintah juga memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam melakukan perjalanan.
Pemerintah tidak mewajibkan tes Covid-19 bagi masyarakat yang sudah melakukan vaksinasi booster atau vaksinasi dosis ketiga ketika melakukan perjalanan menggunakan moda transportasi umum, baik melalui jalur darat, udara maupun laut.
Baca Juga: Catat! Mulai Hari Ini, Bepergian Tak Wajib Tes Covid-19 Kalau Sudah Vaksinasi Booster
Tak hanya vaksinasi, ada beberapa hal yang harus kita persiapkan sebelum melakukan perjalanan atau pun berwisata.
Pakar penyakit tropik dan infeksi Universitas Gadjah Mada (UGM), dokter Yanri Wijayanti Subroto menerangkan, berbagai penyakit, baik infeksi maupun non-infeksi, dapat mengancam kesehatan apabila wisatawan tidak waspada dan tidak merencanakan perjalanan dengan baik.
Melansir laman resmi UGM, dokter Yanri menyebutkan sejumlah infeksi dan gejala yang sering berhubungan dengan berwisata, di antaranya diare dan masalah gastrointestinal (sistem pencernaan), hepatitis A, malaria, demam berdarah, infeksi parasit.
Kemudian tuberkolosis, typhoid fever (tipes), yellow fever (demam kuning), serta meningitis (radang selaput otak).
Baca Juga: Waspada, Kaku di Leher Bisa Jadi Tanda Meningitis
"Sedangkan untuk penyakit non-infeksi, penyakit tersebut bisa berupa neurologis seperti altitude sickness dan decompression sickness," kata dosen di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM itu dalam webinar Kagama Health, Minggu (10/7/2022).
Altitude sickness atau yang kadang disebut mountain sickness adalah penyakit yang dapat menyerang Anda ketika melakukan kegiatan pendakian. Altitude sickness merupakan kumpulan gejala yang terjadi ketika mendaki atau berjalan ke daerah yang lebih tinggi.
Penyakit tersebut dapat muncul apabila Anda melakukan pendakian dengan terlalu cepat, sehingga badan belum punya cukup waktu untuk beradaptasi dengan tekanan udara dan kadar oksigen rendah di wilayah yang lebih tinggi.
Baca Juga: Anak Gunung Wajib Tahu, Protokol Covid-19 Saat Pendakian
Sedangkan decompression sickness atau caisson disease biasanya menyerang para penyelam scuba. Penyakit ini muncul ketika tubuh melewati perubahan tekanan air yang terlalu cepat.
Kondisi tersebut mengakibatkan nitrogen dalam darah membentuk gelembung yang dapat menyumbat pembuluh darah dan jaringan organ. Gejalanya bervariasi, tergatung dari lokasi terjadinya penyumbatan, misalnya nyeri sendi, pusing, tubuh lemas, sesak napas, dan lain sebagainya.
Agar terhindar dari sejumlah risiko dan penyakit-penyakit tersebut, dokter Yanri menyarankan agar calon wisatawan melakukan penilaian risiko atau risk assessment sebelum melakukan perjalanan.
Berikut ini empat penilaian risiko yang perlu Anda lakukan sebelum berwisata:
1. Ketahui risiko penyakit di daerah tujuan wisata
Anda perlu mencari tahu tentang kondisi daerah tujuan wisata, misalnya dengan mencari tahu adanya penyakit endemik di wilayah itu.
Anda juga perlu mencari tahu musim dan cuaca di daerah tujuan untuk menilai bahaya-bahaya yang mungkin timbul dari kondisi alam tersebut.
2. Perhatikan moda transportasi yang digunakan
Moda transportasi tertentu dapat mengakibatkan sejumlah kondisi medis dengan berbagai tingkat keparahan, misalnya mabuk darat atau mabuk laut, fobia, nyeri telinga (sinusitis), dan sebagainya. Lalu, perhatikan juga risiko kecelakaan yang bisa timbul.
Baca Juga: Takut Naik Pesawat? Coba Tips Ini supaya Kamu Lebih Tenang
3. Peka terhadap kondisi tubuh
Sebelum melakukan perjalanan dan berwisata, Anda perlu menyadari adanya riwayat penyakit di dalam tubuh kita. Hal ini penting agar Anda atau orang di sekitar Anda dapat mencegah risiko penyakit kambuh.
Selain itu, perhatikan juga kondisi tubuh Anda, misalnya jika Anda sedang hamil, maka perlu lebih berhati-hati.
4. Lakukan vaksinasi
Tak hanya vaksinasi Covid-19, Anda mungkin membutuhkan vaksinasi lain ketika akan melakukan perjalanan ke wilayah tertentu.
Misalnya, jika Anda akan melakukan perjalanan internasional, Anda perlu melakukan vaksin yellow fever (demam kuning) untuk mencegah tertular penyakit demam berdarah virus akut dari nyamuk penyebab demam kuning.
Kementerian Kesehatan menerangkan, antibodi baru terbentuk satu hingga dua minggu setelah kita melakukan vaksinasi. Selain itu, Anda yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, misalnya penyakit komorbid, perlu berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan vaksinasi.
Tak hanya vaksin, Anda juga mungkin perlu meminum obat tertentu untuk mencegah risiko terserang penyakit di daerah wisata.
Baca Juga: Ke Luar Negeri Wajib Vaksinasi Booster, Datang ke Indonesia Bagaimana?
5. Pilih tempat makan yang higienis saat berwisata
Anda juga perlu memilih lokasi atau tempat makan yang bersih untuk mencegah penyakit infeksi misalnya diare.
"Kita perlu mengantisipasi higienis-sanitasi di warung-warung (yang kita kunjungi),” jelas Yanri yang juga peneliti senior di Center for Tropical Medicine UGM itu.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.