Kompas TV feature tips, trik, dan tutorial

Adakah Vaksin untuk Kanker Payudara? Begini Kata Ahli

Kompas.tv - 27 Oktober 2021, 16:08 WIB
adakah-vaksin-untuk-kanker-payudara-begini-kata-ahli
Klinik Cleveland telah memulai pengujian klinis dari vaksin baru yang dirancang untuk mencegah kanker payudara triple-negatif (TNBC). (Sumber: pixabay.com)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Desy Afrianti

Apa yang akan dilakukan vaksin kanker payudara?

Vaksin menargetkan protein susu -laktalbumin, yang biasanya hanya muncul ketika seorang wanita menyusui. Pada jaringan payudara yang normal, itu tidak lagi ada setelah menyusui.

Tapi tumor bisa membuat protein yang seharusnya sudah tidak ada ini. Studi telah menemukan bahwa 70% hingga 80% TNBC menghasilkan terlalu banyak -laktalbumin.

"Gagasan umum di balik vaksin adalah bahwa -laktalbumin bisa menjadi apa yang disebut target imunologis - di mana kita dapat merangsang sistem kekebalan untuk menyerang sel-sel yang membuat protein itu," katanya.

Tahap awal uji coba difokuskan pada orang yang sudah memiliki TNBC, tetapi nantinya penelitian akan diperluas untuk mempelajari orang-orang yang berisiko terkena kanker payudara.

"Ini baru titik awal," kata Dr Budd.

Baca Juga: Simak, Ini Cara Mengenali Kanker Payudara dan Mendeteksinya Lebih Dini

“Kami memulainya dengan pasien yang sudah menderita kanker payudara dan mendapatkan sesuatu dari ini. Setelah kami mengetahui efek samping dan dosisnya, kami ingin mempelajari pasien yang memiliki risiko genetik untuk mengembangkan kanker payudara triple-negatif.”

Uji coba fase satu akan mengikutsertakan 18 hingga 24 orang yang didiagnosis TNBC dalam tiga tahun terakhir dan saat ini bebas tumor, tetapi memiliki risiko kekambuhan yang tinggi.

“Pada fase pertama, kami akan memulai dengan vaksin dosis rendah, merawat satu hingga tiga pasien dan memantau mereka untuk memastikan mereka baik-baik saja,” kata Dr Budd menjelaskan.

“Jika pasien itu tidak memiliki masalah, kami melanjutkan ke dosis berikutnya; jika mereka memiliki masalah, kami dapat memasukkan lebih banyak pasien pada tingkat dosis itu, hanya untuk memastikan itu aman, dan kemudian pindah dari sana ke tingkat dosis yang lebih tinggi selanjutnya.”

Dengan kata lain, jumlah peserta dan tingkat dosis mereka pada akhirnya akan tergantung pada pengamatan efek samping pada beberapa pasien pertama.

“Setelah kami mengetahui berapa banyak vaksin yang dapat kami berikan, kami akan melihat efeknya pada sistem kekebalan tubuh,” kata Dr Budd melanjutkan.

“Itu akan membantu kami mengetahui apakah vaksin melakukan apa yang kami inginkan, dan kemudian kami akan memperluas setiap tingkat dosis.”

Studi ini diperkirakan akan selesai pada September 2022.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x