Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$iframe
Filename: libraries/Article_lib.php
Line Number: 241
Backtrace:
File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 241
Function: _error_handler
File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article
File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once
Begitu banyak lagu patah hati yang diciptakan maestro campursari Didi Kempot di sepanjang karirnya. Tercatat sekitar 800 lagu tercipta sejak tahun 1989.
Sampai-sampai, Didi Kempot pun diberi julukan Godfather of Broken Heart atau Bapak Patah Hati Nasional oleh para penggemarnya, para sobat ambyar.
Namun, dari ratusan lagu ciptaannya, ada satu lagu yang membuat "ambyar" Didi Kempot, yakni lagu “Bapak”.
Rambut wis ra ireng
Wis malih rupane
Ireng dadi putih saikine
Dino tambah dino
Umur tambah tuo
Nanging koyo koyo ora diroso
Ngadeg dadi cagak
Nyonggo piringe anak
Mempeng kerjo ora mikir rogo
Paribasan umur
Wis akeh cacahe
Nganti bingung anggonku ngitunge
Reff;
Bapak... bapak... tekadmu kuwi tak puji
Bapak... bapak... kowe koyo senopati
Bapak... bapak... panasmu ngungkuli geni
Bapak... bapak... keno angin soyo ndadi
Senajan uwis tuwo nekat mempeng kerjo
Nyambut gawe kanggo nguripi kluargo
"...bapak... senajan umurmu wis tuwo
Nanging tekadmu iso dadi tulodho,
Aku anakmu mung biso memuji
Mugo mugo bapak tansah pinaringan bagas waras
Saking gusti ingkang moho kuwoso
Kulo, Pak anak sampean...
Lagu ini diciptakan atas permintaan sang Ayah, Suharanto, pelawak dan seniman tradisional asal Solo.
Suharanto, atau lebih tenar dengan nama Mbah Ranto Edi Gudel lahir pada tahun 1937, di Solo. Ia menjalani sebagian besar kariernya sebagai pelawak dalam drama ketoprak.
Pada tahun 1995, Mbah Ranto menciptakan lagu pop Jawa bertajuk “Anoman Obong”.
Lagu itu berkisah tentang pewayangan Ramayana dengan tokoh utama Anoman. Segera setelah dirilis, lagu itu meledak di pasaran. Bahkan, karena sukses, sang produser merekamnya dalam 10 versi yang berbeda, mulai dari campusari hingga disco house.
Mbah Ranto meninggal dunia 8 Desember 2002, di usia 66 tahun karena menderita komplikasi penyakit jantung, paru-paru, hipertensi dan liver.
“Bapak bagi saya seperti cagak atau tiang”, cerita Didi dalam sebuah perbincangan dengan KompasTV. “Terus bekerja untuk menghidupi keluarga, meski usia sudah tua”, tambah almarhum.
Sebelum masuk ruang gawat darurat Rumah Sakit Dr. Oen, Solo, Mbah Ranto masih sempat merampungkan syuting rekaman acara paket lebaran untuk stasiun TV7.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.