JAKARTA, KOMPAS.TV - Dua aktor kawakan Landung Simatupang dan Rukman Rosadi akan ikut bermain peran dalam film “Penyalin Cahaya” karya sutradara Wregas Bhanuteja.
Masuknya dua aktor watak ini akan makin menghidupkan film yang telah diwarnai oleh aktor-aktor muda bertalenta.
Sebelumnya, film Penyalin Cahaya juga telah memiliki jajaran aktor muda dan ternama, antara lain Shenina Cinnamon, Chicco Kurniawan, Lutesha, Jerome Kurnia, Dea Panendra, Giulio Parengkuan, Lukman Sardi, Ruth Marini.
Landung Simatupang dan Rukman Rosadi masing-masing akan memerankan karakter bernama Burhan dan Dekan.
Meskipun bukan karakter utama, sosok Burhan dan Dekan adalah karakter vital dan penting dalam cerita film “Penyalin Cahaya”.
Baca Juga: Shenina Cinnamon dan Chicco Kurniawan Jadi Pemeran Utama "Penyalin Cahaya", Film soal Kekerasan Seks
Sebab itu, Wregas sebagai sutradara membutuhkan aktor sekaliber Landung Simatupang dan Rukman Rosadi.
Seperti diketahui, Landung Simatupang aktif di teater sejak kuliah di Universitas Gadjah Mada, hingga berlanjut dalam Teater Garasi.
Ia telah membintangi film "Sang Pemimpi" (2009), "Sang Penari" (2011), "Jenderal Sudirman" (2015), "Sultan Agung" (2018), hingga "Layla Majnun" (2021).
Sementara, Rukman Rosadi adalah pengajar Jurusan Teater Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan juga lulusan Departemen Film dan Teater di World Arts and Culture University of California, Los Angeles (UCLA).
Rosa, panggilan akrab Rukman Rosadi, pernah berakting untuk film "Sokola Rimba" (2013), "Ziarah" (2016), "Istirahatlah Kata-kata" (2016), "Love for Sale" (2018), “Sultan Agung” (2018), hingga "Surga yang Tak Dirindukan 3" (2021).
Wregas mengatakan, ia sengaja memilih Landung Simatupang karena aktingnya memiliki ciri khas dalam bentuk gestur yang memperkuat karakter.
“Selain kekuatan akting yang dalam, ciri khas Pak Landung adalah suka memberi gestur khusus kepada karakternya. Misalnya, dalam film ‘Sang Pemimpi’, ia memberi gestur hidung yang sinus untuk menggambarkan tokoh kepala sekolah yang keras dan tegas,” beber Wregas.
Wregas mengaku telah berdiskusi dengan Landung mengenai detail gestur karakter Burhan untuk latar belakang karakter yang dapat dibaca lebih oleh penonton.
Alasan serupa juga muncul saat Wregas memilih Rukman Rosadi. Wregas bahkan mengatakan, aktor-aktor lain dalam film “Penyalin Cahaya” juga banyak belajar dari Rosa.
Baca Juga: Lutesha dan Jerome Kurnia Dipercaya Mampu Bangun Karakter dalam Penyalin Cahaya
"Mas Rosa mampu mentransfer mimik muka ke seluruh anggota tubuhnya, sehingga seluruh anggota tubuh itu berekspresi. Ia memiliki pengetahuan yang dalam akan seni peran, karena berprofesi sebagai aktor dan juga sutradara teater,” kata Wregas.
Dalam film ini, Rukman Rosadi akan tampil sebagai seorang dekan yang mewakili sikap institusi pendidikan saat berhadapan dengan isu pelecehan seksual.
Rosa sendiri mengaku tertarik menerima tawaran peran sebagai Dekan karena kekhasan karakter yang mewakili birokrat di Indonesia.
“Justru karena ini tokoh yang menyebalkan. Representasi dari penguasa birokrasi yang kepalanya melihat ke atas untuk karirnya, tapi tidak melihat ke bawah pada orang-orang yang seharusnya dinaunginya,” tutur Rosa.
Karakter unik pula yang membuat Landung Simatupang mau berperan sebagai Burhan dalam film “Penyalin Cahaya”.
"Hal yang bikin saya tertarik untuk memerankan tokoh Burhan adalah ketidakterdugaan sosok ini. Jadi, saya melihat tantangan akting, yaitu peluang atau kesempatan untuk memainkan watak manusia dan dunia batinnya secara tipis-tipis," ujar aktor berusia 69 tahun itu.
Film “Penyalin Cahaya” sendiri merupakan film panjang pertama Wregas Bhanuteja di mana ia juga turut menulis skenarionya.
Sebelumnya, sineas kelahiran 28 tahun lalu ini sudah membuat film-film pendek yang berhasil masuk kompetisi festival film internasional, seperti “Lemantun” (pemenang Film Pendek Terbaik di XXI Short Film Festival 2015) dan “Tak Ada yang Gila di Kota Ini” (pemenang Piala Citra FFI 2019 dan berkompetisi di Sundance Film Festival 2020).
Bagi Landung Simatupang maupun Rukman Rosadi, inilah kali pertama mereka bekerja bersama Wregas Bhanuteja dalam sebuah produksi film.
Baca Juga: Squid Game Disebut Plagiat Film Jepang As The Gods Will, Ini Kata Sutradara
"Wregas sangat baik, detil dan argumentatif dalam menunjukkan track karakter bagi para pemainnya. Dia observer yang cermat, mengarahkan tepat tanpa membelenggu 'kesenimanan' aktor," ujar Rosa.
Sementara, Landung merasa cocok dengan gaya penyutradaraan Wregas karena ada proses diskusi yang rinci tentang gagasan film dan kontribusi karakter Burhan terhadap alur cerita dan situasi dramatik film “Penyalin Cahaya”.
Dengan demikian, pemain punya kesempatan untuk mereka-reka cara membangun karakter dan membawakannya dalam interaksi dengan tokoh lain dalam cerita.
"Lalu, ketika syuting, Wregas ialah sutradara yang tahu betul apa yang dia mau dan apa yang tidak dia inginkan. Tapi, dia juga masih lentur, terbuka terhadap prakarsa dan masukan dari pemain. Ini bekal yang penting untuk seorang sutradara dalam menciptakan situasi kerja yang kolaboratif antara elemen-elemen yang terlibat dalam produksi film," ungkap Landung.
Film “Penyalin Cahaya” ini diproduksi Rekata Studio bersama Kaninga Pictures. Film ini diproduseri Adi Ekatama dan Ajish Dibyo dari Rekata Studio.
Willawati dari Kaninga Pictures juga ikut menjadi produser “Penyalin Cahaya”. Kaninga Pictures sendiri pernah memproduksi film “Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak” (2017).
Film "Penyalin Cahaya" atau "Photocopier" akan melakukan World Premiere dan masuk program kompetisi utama di Busan International Film Festival (BIFF) ke-26 di Korea Selatan pada 6-15 Oktober 2021.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.