Banyak bank sentral diprediksi akan tetap berhati-hati dalam menurunkan suku bunga kebijakan karena inflasi inti yang masih relatif tinggi.
Ayhan Kose, Wakil Kepala Ekonom Bank Dunia dan Direktur Grup Prospek, mengatakan bahwa inflasi inti yang tinggi dapat membuat bank sentral di ekonomi maju menunda pemotongan suku bunga.
"Lingkungan suku bunga yang 'lebih tinggi untuk lebih lama' akan berarti kondisi keuangan global yang lebih ketat dan pertumbuhan yang jauh lebih lemah di ekonomi berkembang," katanya.
Laporan terbaru dari Bank Dunia ini juga mencakup dua bab analitis penting.
Bab pertama menyoroti bagaimana investasi publik dapat digunakan untuk mempercepat investasi swasta dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ditemukan bahwa pertumbuhan investasi publik di ekonomi berkembang telah menurun setengahnya sejak krisis keuangan global, turun ke rata-rata tahunan 5 persen dalam dekade terakhir.
Namun, investasi publik dapat menjadi alat kebijakan yang kuat. Di ekonomi berkembang dengan ruang fiskal yang cukup dan praktik pengeluaran pemerintah yang efisien, peningkatan investasi publik sebesar 1 persen dari PDB dapat meningkatkan tingkat output hingga 1,6 persen dalam jangka menengah.
Bab kedua mengeksplorasi tantangan fiskal yang dihadapi oleh negara-negara kecil dengan populasi sekitar 1,5 juta atau kurang.
Dua perlima dari 35 ekonomi berkembang yang merupakan negara kecil berada pada risiko tinggi atau sudah mengalami kesulitan utang. Ini adalah dua kali lipat dari bagian untuk ekonomi berkembang lainnya. Reformasi komprehensif diperlukan untuk mengatasi tantangan fiskal ini.
Pendapatan dapat diperoleh dari basis pajak yang lebih stabil dan aman, dan efisiensi pengeluaran dapat ditingkatkan, terutama di bidang kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Baca Juga: Gerakan Islam Hijau Indonesia Jadi Perhatian, Masjid Istiqlal pun Diberi Penghargaan Bank Dunia
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.