JAKARTA, KOMPAS.TV - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencetak laba sebesar Rp60,4 trilliun sepanjang 2023.
Jumlah itu naik 17,5% dibanding laba 2022 (year on year/yoy) BRI juga mencatatkan kenaikan aset pada 2023 sebesar Rp1.965 triliun, naik 5,3% dari 2022.
Direktur Utama BRI, Sunarso mengungkapkan, dengan strategic response yang tepat, perseroan dapat mengubah tantangan menjadi kesempatan.
Sehingga secara keseluruhan BRI menjadi semakin tangguh, kuat dan hebat.
"Karena seperti yang kita rasakan bersama di tahun 2023 lalu, banyak sekali tantangan yang bersifat eksternal. Mulai dari era suku bunga dan inflasi tinggi, kondisi geopolitik yang penuh dengan ketidakpastian, serta beberapa bank di Amerika Serikat yang kolaps, namun BRI dapat melewati itu semua dengan catatan impresif,” kata Sunarso dalam keterangan resminya, Rabu (31/1/2024).
Ia menyampaikan, laba BRI menjadi hak pemegang saham.
Melalui pembayaran pajak dan dividen, mayoritas dari laba senilai Rp60,4 triliun tersebut pun pada akhirnya akan kembali ke negara sebagai pemegang saham mayoritas.
Kemudian selanjutnya dipergunakan untuk kepentingan rakyat Indonesia melalui berbagai program Pemerintah.
Baca Juga: Cara Bayar Tagihan Listrik lewat Aplikasi myBCA
“Ini adalah bukti nyata bahwa perusahaan BUMN yang memiliki fungsi agent of development dan value creator dapat secara simultan menjalankan peran economic dan social value secara bersamaan,” ujarnya.
Ia menerangkan, penopang utama kinerja BRI hingga akhir tahun 2023 di antaranya adalah penyaluran kredit yang tumbuh double digit dan di atas industri perbankan nasional.
Lalu kualitas kredit yang terjaga, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang memadai dengan fokus pada dana murah (CASA), serta efisiensi yang terus meningkat, hasil dari transformasi digital yang dilakukan BRI.
Dari sisi fungsi intermediasi, hingga akhir Desember 2023, BRI berhasil mendorong penyaluran kredit tumbuh 11,2% yoy menjadi Rp1.266,4 triliun.
Pencapaian ini tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan penyaluran kredit industri perbankan nasional yang sebesar 10,4% yoy di sepanjang tahun 2023.
Apabila dirinci, seluruh segmen pinjaman BRI tercatat tumbuh positif, segmen mikro tercatat tumbuh 10,9% yoy menjadi Rp611,2 triliun, segmen konsumer tumbuh 13,4% yoy menjadi Rp190,0 triliun.
Baca Juga: Mengenal Paylater dari Bank Mandiri, BCA, dan BRI, Limitnya Ada yang Sampai Rp50 Juta!
Selanjutnya, segmen kecil dan menengah tumbuh 8,6% yoy menjadi Rp267,5 triliun dan segmen korporasi tumbuh 13,8% yoy menjadi Rp197,7 triliun.
Jika ditotal, portofolio kredit UMKM BRI mencapai 84,4% dari total penyaluran kredit BRI atau setara Rp1.068,7 triliun.
"Keberhasilan BRI dalam meningkatkan portofolio kredit UMKM tak terlepas dari akselerasi sumber pertumbuhan baru melalui integrasi ekosistem ultra mikro, di mana hingga akhir Desember 2023 jumlah nasabah holding ultra mikro tercatat mencapai 37,3 juta peminjam," terang Sunarso.
Menurutnya, keberhasilan BRI Group mengintegrasikan nasabah di segmen ultra mikro tersebut berdampak terhadap penurunan jumlah nasabah yang belum mendapatkan akses keuangan formal.
Sebelumnya, Sunarso pernah membagikan keberhasilan holding ultra mikro tersebut di World Economic Forum 2023.
Salah satunya adalah pemberdayaan pelaku usaha wanita di segmen ultra mikro oleh PNM yang mampu menyalurkan Rp41,6 triliun kepada 15 juta pelaku usaha wanita melalui PNM Mekaar.
Baca Juga: OJK Ungkap Banyak Anak Muda Gagal Ajukan KPR hingga 95% Gaji Habis Gara-gara Cicil Paylater
"Apabila dibandingkan dengan Grameen Bank, lembaga pembiayaan di Bangladesh penerima hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2006. Dari situs resminya, Grameen Bank secara akumulasi telah menyalurkan pinjaman kepada 10,5 juta orang. Sama seperti PNM, mayoritas nasabah lembaga tersebut adalah kalangan perempuan yang mencapai 97%," jelasnya.
“Oleh karenanya PNM yang tergabung dalam Holding Ultra Mikro, kini pantas mengklaim dirinya sebagai group lending terbesar di dunia," sambungnya.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) hingga Desember 2023 terkendali di level 2,95% dengan NPL Coverage sebesar 229,09%.
Sementara itu, Loan at Risk (LAR) BRI tercatat sebesar 13,8% pada akhir Desember 2023, dimana Angka ini sudah menurun signifikan apabila dibandingkan dengan LAR BRI pada posisi tertinggi saat puncak COVID di September 2020 yakni sebesar 29,8%.
Baca Juga: Kementerian ESDM Soroti Kenaikan Pajak BBM di DKI, Sebut Kurang Sosialisasi hingga Singgung Pemilu
“Kemampuan BRI dalam mengelola NPL di bawah 3% tersebut membuktikan prinsip risk management telah dijalankan dengan baik oleh BRI mengingat mayoritas portofolio BRI ada di segmen UMKM”, ucapnya.
Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), hingga akhir Desember 2023, BRI berhasil menghimpun DPK sebesar Rp1.358,3 triliun atau tumbuh 3,9% yoy.
Pencapaian ini juga lebih baik dibandingkan dengan DPK industri perbankan nasional yang tumbuh 3,8% secara yoy pada akhir Desember 2023.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.