YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Ahli gizi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Tony Arjuna memberikan rekomendasi jenis makanan yang baik dikonsumsi saat sahur dan berbuka puasa selama bulan Ramadan.
Tony menyarankan yang berpuasa agar menyantap makanan yang bersifat lambat dicerna tubuh.
Berikut ini jenis makanan yang direkomendasikan sebagai menu sahur dan berbuka puasa:
1. Protein Hewani
Sumber protein hewani yang bisa dikonsumsi saat puasa Ramadan, di antaranya daging merah, ayam, dan ikan.
2. Karbohidrat Kompleks
Makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, di antaranya nasi merah, ubi, sereal, dan roti gandum.
Tony menyarankan, konsumsi karbohidrat kompleks saat Ramadan daripada jenis makanan yang mengandung karbohidrat sederhana misalnya nasi putih dan mi.
Baca Juga: 7 Tips Cegah Bau Mulut saat Puasa Ramadan menurut Dokter Gigi UGM
3. Makanan Tinggi Serat
Bahan makanan yang memiliki kandungan serat tinggi ialah buah dan sayuran.
Tony menjelaskan, serat yang tinggi di dalam buah dan sayur akan lambat dicerna oleh tubuh, sehingga kita akan merasa kenyang lebih lama.
“Selama puasa agar tetap sehat dan bugar kuncinya bukan makan mahal dan enak. Kuncinya makanan yang bervariasi, semakin variatif maka semakin banyak zat gizi yang diperoleh tubuh,” terangnya, Senin (20/3) dilansir dari laman UGM.
Baca Juga: Tiga Tips Atur Pola Makan Saat Puasa Ramadan dari Ahli Gizi Universitas Indonesia
Selain tiga jenis makanan tersebut, Direktur Halal Research Center Fakultas Peternakan UGM, Nanung Danar Dono, menyarankan, agar masyarakat memilih bahan makanan yang segar.
"Pilih bahan yang segar karena kandungan gizinya lengkap dan belum banyak yang rusak," terangnya.
Tak hanya jenis makanan, Tony juga mengingatkan kaum muslim untuk menghindari kebiasaan salah yang masih kerap dijalankan oleh masyarakat, salah satunya berbuka puasa dengan porsi besar.
“Saat buka puasa, makan dalam jumlah yang banyak menyebabkan gula darah dalam tubuh cepat naik dengan tinggi namun turunnya juga cepat," kata dosen FKKMK itu.
"Hal ini yang tidak sehat untuk badan, adanya jadi lemas dan mengantuk, karena caranya kurang tepat,” imbuhnya.
Sumber : Kompas TV/ugm.ac.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.