Kompas TV cerita ramadan tradisi

4 Tradisi Malam Selikuran di Indonesia, dari Keraton Yogyakarta, Surakarta hingga Betawi

Kompas.tv - 22 April 2022, 08:51 WIB
4-tradisi-malam-selikuran-di-indonesia-dari-keraton-yogyakarta-surakarta-hingga-betawi
Tradisi malam selikuran, cara masyarakat nusantara menyambut malam Lailatulqadar. (Sumber: Tribunnews)
Penulis : Dian Nita | Editor : Gading Persada

Agaknya, masyarakat Betawi memilih ketupat karena hidangan ini merupakan simbol pemersatu silaturahmi.

3. Malem Selikuran di Keraton Yogyakarta

Malam Selikuran di Keraton Yogyakarta dimulai sore hari pukul 16.30 WIB/17.00 WIB Bangsal Sri Manganti dan selesai tidak lama setelah azan magrib.

Baca Juga: Malam Selikuran, Lailatul Qadar dalam Tradisi Nusantara

Mengutip laman kratonjogja.id, Malam Selikuran dihadiri oleh perwakilan dari tepas-tepas dan kawedanan-kawedanan yang ada di Keraton Yogyakarta, juga seluruh Abdi Dalem Punakawan Kaji dan Abdi Dalem Suranata.

Berbagai hidangan ditata dalam wadah besek (kotak dari anyaman bambu) berisi nasi lengkap dengan lauknya.

Selain besek, ada pula buah-buahan dan susunan kecil nasi bungkus. Semuanya itu diangkut ke Bangsal menggunakan jodhang, sebuah kotak kayu besar.

Selain acara di Bangsal Sri Manganti, ada juga tradisi menyalakan lilin yang dilakukan oleh Abdi Dalem Keparak.

Sebuah lilin diletakkan di pintu gerbang menuju Keraton Kilen, dua di Gedhong Sedahan, tiga belas di Gedhong Prabayeksa, satu di Bangsal Pengapit, dan empat di Bangsal Kencana. 

Lilin yang berada di pintu gerbang menuju Keraton Kilen dilengkapi dengan cawan berisi bunga dan bokor berisi air.

4. Malem Selikuran di Keraton Surakarta

Malam Selikuran di Keraton Surakarta dikembangkan oleh Sultan Agung, dihidupkan oleh Pakubuwana IX hingga era Pakubuwana X.

Ritual dilakukan dengan mengarak tumpeng yang diiringi lampu ting atau pelita dari keraton menuju Masjid Agung Surakarta.

Lampu ting merupakan simbol dari obor yang dibawa para sahabat ketika menjemput Rasulullah SAW usai menerima wahyu di Jabal Nur. 

Nasi tumpeng yang dibawa abdi dalem berjumlah seribu, sesuai dengan jumlah pahala setara seribu bulan. 

Tumpeng berisi nasi guring dilengkapi dengan kedelai hitam, rambak, mentimun, dan cabai hijau lalu dimasukkan ke dalam wadah dari besi dan kuningan. 

Kemudian nasi tumpeng yang diarak-arak oleh para abdi dalem ini akan didoakan oleh pemuka agama dan dibawa ke titik terakhir di Taman Sriwedari. 

Namun kini, rute kirab malam selikuran hanya dilakukan sampai Masjid Agung saja.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x