JAKARTA, KOMPAS.TV – Ada ungkapan yang mengatakan, tanah Minangkabau melahirkan banyak ulama masyhur. Salah satu ulama itu bernama Saadoe'ddin Djambek, ulama sekaligus tokoh ilmu falak yang berperan penting bagi Indonesia.
Saadoe‘ddin Djambek dikenal juga dengan nama datuk Sampono Radjo, dilahirkan di Bukit tinggi pada 29 Rabiul Awal 1329 H bertepatan pada tanggal 24 Maret 1911 M.
Selama hidupnya, Saadoe‘ddin Djambek mengabdikan dirinya untuk mempelajari ilmu falak. Ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari perbintangan, lintasan benda-benda langit seperti bumi, bulan dan matahari.
Lantas, apa pentingnya mempelajari ini?
Ilmu falak memiliki peranan penting untuk mengetahui hal-hal praktis terkait kehidupan seorang muslim. Mulai dari soal arah kiblat, jadwal salat hingga penentuan bulan kalender hijriah untuk menentukan bulan baru, seperti halnya menentukan awal puasa dan idul fitri Ramadan.
Dikutip dari buku Mengenal Karya-Karya Ilmu Falak Nusantara;Transmisi,Anotasi,Biografi karya Dr.Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, MA, sosok satu ini merupakan ulama yang dianggap mempopulerkan gagasan hisab-rukyat dengan ilmu perbintangan modern (astronomi).
“Dia tercatat pernah mengemban amanah jadi 1 dari lima anggota perumus Lembaga hisab dan rukyat Departeman Agama dan Badan Hisab dan Rukyat,” tulisan hal.43.
Baca Juga: Syekh Ahmad Surkati: Dari Sudan Jadi Ulama Pembaharu Islam dan Mendirikan Al-Irsyad di Indonesia
Ia dilahirkan dari keluarga ulama yang mencintai pengetahuan. Ayahnya adalah Syamsoedin Djambek, seorang ulama besar Minangkabau dan ahli ilmu falak. Dari ayahanda pula, kali pertama ia dikenalkan dengan ilmu itu dan jatuh cinta.
Lantas, ia bersekolah dan tamat tahun 1924 di Hollands Inlandsche School (HIS). Saadoe‘ddin Djambek melanjutkan pendidikannya di sekolah pendidikan guru, Holland Inlandsche Kweekschool (HIK) di Bukittinggi.
Setelahnya, Saadoeddin Djambek melanjutkan pendidikan ke Hogere Kweekschool (HKS) dan mendapatkan tahun 1930.
Pada tahun 1954-1955, dengan latar belakang pendidikan Ilmu Falak yang telah dipelajari nya Saadoe‘ddin Djambek mencoba memperdalam pengetahuannya di fakultas Ilmu Pasti Alam dan Astronomi ITB.
Baca Juga: Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Ulama Kalimantan yang Berpengaruh sampai Asia Tenggara
Ia pun berkiprah di masyarakat dan melakukan banyak penelitian terkait ilmu falak, serta mengajar di banyak tempat.
Pada tahun 1955-1956 M/1375-1376 H menjadi lektor kepala dalam mata kuliah ilmu pasti pada PTPG Perguruan Tinggi Pendidikan Guru di Batusangkar, Suamtera Barat.
Lanas, Saadoe'ddin Djambek memgajar di IAIN Sunan Kalijaga (1959-1961), dan mempunyai murid yang menekuni ilmu falak, yaitu H. Abdur Rachim dan H. Wahyu Widiana. Tahun 1969-1973 Kiprahnya kian besar ketika Saadoe'ddin dipercaya sebagai ketua Majelis Pendidikan dan Pengajaran pada Pimpinan Pusat Muhamamadiyah.
Pada Tahun 1973, dia dipilih sebagai ketua Badan Hisab dan Rukyat dengan anggota ahli hisab dan rukyat seluruh Indonesia.
Dengan pengalaman belajar, keulamaan dan pengetahuanya pada ilmu perbintangan, Saadoe'ddin mengembangkan sistem baru dalam pemikiran hisab dengan memperkenalkan teori Spherial Trigonometry (segitiga bola).
Menurutnya, teori ini untuk menjawab tantangan zaman, yakni mendialogkan ilmu hisab dengan astronomi modern sehingga hasilnya lebih akurat dan masih diaplikasikan hingga saat ini.
Metode juga dikenal hingga kini dengan nama metode hisab Saadoe'ddin Djambek. Sebuah metode perhitungan yang sampai saat ini jadi salah satu rujukan metode penentuan awal puasa Ramadan-awal Syawal yang digunakan dalam sejarah Indonesia modern.
Baca Juga: Sosok dan Jejak Muhammad Zainuddin Abdul Madjid: Ulama Kharismatik NTB, Pendiri Nahdlatul Wathan
Selama hidup, sosok ini menulis banyak sekali karya berbahasa Indonesia yang jadi pedoman ilmu falak dan ilmu hisab di Indonesia.
Dikutip dari situs resmi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), berikut ini merupakan karya Saadoe‘ddin Djambek dalam bidang ilmu falak adalah:
Ia meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 22 November 1977 dalam usia 66 tahun. Dan, karyanya pun abadi serta senantiasa dipelajari hingga kini.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.