SOLO, KOMPAS.TV - Di dalam al-Qur’an, kata surga dan neraka sama-sama disebut sebanyak 77 kali. Hal ini menggambarkan betapa diimpikannya surga dan betapa ditakutinya neraka.
Baik surga dan neraka adalah tempat kembali yang abadi. Surga adalah rumah idaman yang didambakan. Kunci untuk memasukinya ialah dengan mengikuti aturan dan perintah Tuhan juga Rasul-Nya.
Sementara Neraka adalah tempat yang tiada satu orangpun menginginkannya. Calon penghuninya adalah mereka pengikut setan.
Surga digambarkan dengan keindahan dan kebahagiaan. Rumah yang indah, isinya tenteram, dan dibacakan ayat-ayat Tuhan diibaratkan dengan rumah surga. Baiti jannati (rumahku surgaku).
Indonesia memiliki banyak pulau, hutan dan pegunungan yang indah memanjakan mata. Orang Arab menyebutnya dengan istilah jannat al-dunya alias surga dunia.
Sebaliknya, neraka digambarkan dengan keburukan dan kesengsaraan. Rumah yang tidak pernah dibacakan ayat Tuhan dan penghuninya selalu ribut satu sama lain.
Namun demikian, mendapatkan surga tidak semudah yang dibayangkan. Hal ini karena perjalanan seseorang menuju surga tidak pernah satu rute dengan dorongan syahwat yang dimiliki.
Adam dan Hawa yang sudah menghuni surga saja dikeluarkan karena tidak bisa mengekang syahwatnya. Lantas, bagaimana dengan kita, anak cucunya, yang setiap saat mengumbar syahwat?
Tentu surga tidak akan diobral untuk mereka. Itulah alasannya mengapa pekerjaan yang dapat mengantarkan ke surga cenderung tidak disukai, tidak disenangi, berat, dan malas melakukannya.
Nabi bersabda, huffat al-jannah bi al-makarih (surga dikelilingi oleh hal yang tidak disenangi jiwa). Sebaliknya, pekerjaan yang dapat mengantarkan ke neraka selalu selaras dengan kemauan syahwat.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.