JAKARTA, KOMPAS.TV - Banyak karyawan Foxconn yang melarikan diri dari penguncian wilayah atau lockdown di kompleks pabrik mereka. Pabrik di kawasan Zhengzhou itu adalah pabrik iPhone terbesar di dunia.
China menutup pabrik perusahaan asal Taiwan itu pada pertengahan Oktober lalu, seiring dengan peningkatan kasus virus corona di ibu kota Provinsi Henan. Di bawah kebijakan nol-Covid China, kota dan perusahaan diharapkan mengambil tindakan tegas untuk menghilangkan penularan virus.
Mengutip dari New York Times, Kamis (3/11/2022), ketika kasus Covid mulai terdeteksi di pabrik, Foxconn menutup fasilitas dari dunia luar, membatasi sekitar 200.000 pekerja di dalamnya.
Lockdown itu termasuk melarang makan di kafetaria pabrik, memaksa karyawan untuk mengambil rute yang panjang dan berliku dari asrama mereka untuk mengurangi kontak dengan orang lain, dan mengharuskan pengujian virus corona setiap hari dan pemeriksaan suhu.
Namun yang benar-benar mengkhawatirkan pekerja adalah testimoni yang muncul dari karyawan yang dikarantina setelah dinyatakan positif. Mereka sulit mendapat makan, perusahaan tidak selalu menyediakan makan untuk mereka, beberapa mengatakan mereka tidak mendapatkan makanan yang cukup atau tidak sama sekali, dan kekurangan kebutuhan lainnya.
Baca Juga: China Didesak Segera Tutup Seluruh Kantor Polisinya di Belanda, Ada Apa?
Ketika cerita-cerita ini menyebar di media sosial, pekerja lain memutuskan bahwa mereka lebih baik melarikan diri dari pekerjaan mereka daripada mengambil risiko tertular virus dan dipaksa dikarantina.
Dua pekerja yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan kepada New York Times mereka takut akan pembalasan dari perusahaan, mengatakan ratusan pekerja telah meninggalkan pabrik.
Dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email, Foxconn menyebut langkah-langkah pandemi sebagai "pertempuran yang berkepanjangan" dan bersikeras bahwa para pekerjanya menerima tiga kali makan sehari.
Tetapi karyawan menuduh Foxconn melakukan respons Covid yang kacau dan terkadang tidak logis. Mereka mengatakan perusahaan telah mengirim pekerja yang dites positif virus corona ke pusat karantina bersama dengan kontak dekat mereka, bahkan ketika orang-orang itu dites negatif. Pada saat yang sama, kontak dekat lainnya diberitahu bahwa mereka harus terus bekerja.
Baca Juga: Indonesia Dibilang Didikte, Luhut Jabarkan Apa Saja Andil China dalam Perekonomian Dalam Negeri
Leo Lin, 29, yang bekerja di dalam kompleks pabrik, menggambarkan suasana panik ketika fasilitas karantina mulai kelebihan kapasitas dan pabrik kehilangan kendali dalam mengisolasi kontak dekat.
Namun dengan transportasi yang dibatasi saat Zhengzhou menangani wabah, banyak yang tidak punya pilihan selain berjalan pulang, beberapa dari jarak jauh.
Gao Mingjun, putri seorang pekerja Foxconn, mengatakan bahwa ibunya tidak dinyatakan positif selama wabah, tetapi pabrik telah menempatkan ibunya di karantina dengan seorang rekan yang tidur di ranjang di atasnya. Rekan kerja itu kemudian dinyatakan positif.
Sekitar jam 5 sore pada hari Sabtu, ibunya memutuskan untuk berjalan sejauh 38 mil kembali ke rumahnya di Xuchang, keluar melalui gerbang depan kompleks dengan sekitar 100 rekan kerja. Sekitar delapan jam kemudian, Gao menelepon ibunya yang kelelahan, memintanya untuk beristirahat di pinggir jalan.
Baca Juga: Obat Covid Paxlovid dan Vaksin Booster Laku Keras, Pfizer Raup Rp159 T dalam 3 Bulan
“Kakinya terlalu sakit, dan semuanya melepuh,” kata Gao.
Saat fajar pada hari Minggu, setelah berjalan sepanjang malam, ibunya akhirnya sampai di Xuchang.
“Perjalanannya sangat panjang,” ujar Gao tentang perjalanan ibunya.
"Dia pasti tidak akan kembali ke Foxconn."
Selama bertahun-tahun, Zhengzhou, sebuah kota berpenduduk 10 juta orang, telah membantu meningkatkan model ekonomi China yang didorong oleh ekspor. Dikenal sebagai "iPhone City," kota itu telah memproduksi sekitar setengah dari pasokan iPhone global Apple.
Penguncian tujuh hari yang diumumkan pada hari Rabu dapat merusak kemampuan Foxconn untuk mengirimkan iPhone dari pabrik. Ekonomi China secara keseluruhan tumbuh pada laju paling lambat dalam beberapa dekade di bawah kebijakan pemerintah untuk mencegah infeksi dengan penguncian ketat yang dapat menutup seluruh wilayah hanya karena beberapa kasus.
Sebelumnya pada hari Senin (31/10), pihak berwenang menutup Shanghai Disney Resort setelah merebaknya 10 kasus Covid di Shanghai. Pengunjung di taman hiburan tetap di dalam sampai mereka dapat memberikan tes negatif.
Pendekatan tanpa toleransi China terhadap Covid-19 telah dipromosikan oleh Xi Jinping, yang bulan lalu memenangkan masa jabatan ketiga sebagai pemimpin China. Kebijakan tersebut, yang ditandai dengan penguncian dan karantina yang parah, telah menyebabkan penutupan seluruh kota karena beberapa kasus.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.