JAKARTA, KOMPAS.TV- Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia akan melanda sektor-sektor di luar bidang teknologi. Sepanjang tahun ini, PHK yang terjadi di RI didominasi oleh startup dan perusahaan seperti Shopee, Grab Kitchen dan Indosat Ooredoo.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan, PHK juga akan terjadi di industri alas kaki dan garmen.
Sedangkan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menambahkan, sektor yang paling rentan mengalami PHK adalah retail, industri otomotif, elektronik, transportasi, dan pariwisata.
Bhima menjelaskan, sektor retail, otomotif dan elektronik terdampak naiknya inflasi dan suku bunga pinjaman bank. Sementara pariwisata terdampak dari negara asal wisatawan mancanegara yakni China, yang masih menerapkan lockdown.
"Sementara wisman di dalam negeri terdampak naiknya harga BBM dan ancaman resesi, sehingga menurunkan permintaan transportasi dan perhotelan-restoran," kata Bhima saat diwawancara KOMPAS.TV, Rabu (26/10/2022).
Baca Juga: Apindo: Pesanan Anjlok 50 Persen, PHK akan Terjadi di Sektor Alas Kaki dan Garmen
Menurutnya, dalam 5 tahun terakhir sudah marak terjadi PHK di industri garmen atau pakaian. Faktornya bermacam macam, ada perusahaan yang relokasi ke Vietnam dan Ethiopia karena mengincar upah rendah, ada juga pengusaha yang mengalami penurunan penjualan di dalam negeri.
"Saat ini pasar ekspor pasti tertekan karena ancaman resesi, sehingga konsumen menunda belanja pakaian baru. Pengusaha juga tertekan impor bahan baku tekstil akibat selisih kurs rupiah yang melemah," ujar Bhima.
"Dampaknya bukan cuma PHK massal tapi juga daya saing tekstil garmen makin melemah, Indonesia bisa tidak dilirik sebagai basis produksi tekstil garmen," tambahnya.
Bhima memperkirakan, PHK massal di sektor padat karya akan membuat tingkat pengangguran meningkat kembali diatas 5,9 persen.
Ini didasarkan pada kontribusi sektor manufaktur terhadap total tenaga kerja mencapai 13,7 persen per Februari 2022.
Baca Juga: Kenaikan Suku Bunga AS Ternyata Penyebab PHK Karyawan Shopee, Ini Penjelasannya
Ia mengusulkan, sebaiknya pemerintah memberikan relaksasi pajak untuk pembelian pakaian jadi di dalam negeri.
"Melalui penurunan tarif PPN 11 persen ke 7-8 persen. Relaksasi pajak bisa membuat harga di level konsumen domestik lebih terjangkau saat pasar ekspor melemah," ucap Bhima.
Ia menilai pemberian Bantuan subsidi upah (BSU) yang lebih besar ke pekerja sektor garmen juga mendesak. Tidak hanya perusahaan formal tapi juga pekerja di UKM harus mendapat fasilitas subsidi upah.
"Ada banyak pekerja UKM tidak punya BPJS Ketenagakerjaan sehingga tidak dapat mengakses bantuan subsidi upah. Itu harus segera dicover," sebutnya.
Baca Juga: Gelombang PHK Industri Tembakau Bakal Tak Terbendung, Ini Alasannya
Hal berikutnya yang seharusnya dilakukan pemerintah, adalah memberikan informasi intelijen pasar dari atase perdagangan di negara alternatif, untuk menjaga pasar ekspor tetap tumbuh.
"Kalau AS dan Eropa lesu mungkin bisa cari pasar di Timur Tengah, contohnya Arab Saudi yang pertumbuhan ekonomi nya diperkirakan 7,6 persen pada 2022. Secara umum daerah MENA (Middle East and North Africa) diperkirakan tumbuh positif 5,5 persen tahun ini," tuturnya.
Selama ini, sektor alas kaki dan garmen banyak mengekspor produknya ke Eropa dan Amerika Serikat.
Sedangkan perekonomian dua wilayah itu sedang melemah imbas Perang Rusia-Ukraina, krisis energi, dan naiknya biaya hidup.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.