WASHINGTON, KOMPAS.TV- Menteri Keuangan Sri Mulyani baru saja kembali dari Washington DC, Amerika Serikat, usai menghadiri pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara anggota G20, selama sepekan terakhir.
Di sela-sela padatnya jadwal pertemuan, Sri Mulyani menyempatkan makan siang di restoran yang menjual makanan khas Mexico. Ia pun bercerita inflasi tinggi di Negeri Paman Sam telah membuat harga makanan di sana naik drastis.
"Jeda waktu satu jam diantara padatnya acara di Washington DC. Saya mengajak tim Kemenkeu untuk makan di Chipotle, makanan casual ala Mexico dengan Taco dan Burrito, populer di kalangan masyarakat kebanyakan Amerika Serikat yang rasanya sesuai dengan lidah melayu kita," tulis Sri Mulyani di Instagram pribadinya, Selasa (18/10/2022).
Baca Juga: Inflasi Nyaris 100 Persen, Warga Argentina Rela Keluar Uang Banyak Untuk Beli Stiker Piala Dunia
"Inflasi dan kenaikan harga-harga pangan dan energi di seluruh dunia terlihat dampaknya. Satu menu taco atau burrito yang sebelumnya berharga US$ 7,5-8 sekarang melonjak US$ 12-13," ujarnya.
Jika dirupiahkan dengan kurs yang saat ini mencapai Rp15.400 per dollar AS, maka harga makanan tersebut sekitar Rp200.200. Sedangkan harga sebelum inflasi adalah Rp123.000 per menu.
"Kenaikan harga yang sangat tinggi, menyebabkan Bank Sentral Amerika Serikat - The Fed (The Federal Reserve) menaikkan suku bunga secara drastis dan cepat dan mengetatkan likuiditas US$ untuk mengendalikan sisi permintaan. Kebijakan ini menyebabkan penguatan Dollar Amerika Serikat yang mempengaruhi seluruh perekonomian dunia," ujar Sri Mulyani.
Baca Juga: Inflasi September Tembus 1,17 Persen Tertinggi Sejak 2014, Buntut Kenaikan Harga BBM
"Lonjakan harga (inflasi)di Amerik Serikat- diikuti kenaikan suku bunga the Fed - dan penguatan Dollar Amerika Serikat menyebabkan terjadinya perlemahan/kelesuan ekonomi atau resesi ekonomi dunia. Kondisi ini juga akan mengancam banyak negara-negara miskin dan negara-negara berkembang yang posisi APBN (Keuangan Negara) lemah akan mengalami krisis keuangan," katanya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyampaikan, pertemuan kemarin membahas tentang kompleksitas perkembangan ekonomi dunia dengan ancaman krisis pangan, energi dan krisis keuangan.
Ia pun menyebut Indonesia harus waspada dengan kondisi dunia yang memburuk meskipun tetap optimis dengan momentum pemulihan ekonomi Indonesia.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.